Senin, 14 Juni 2010

Hormon Oksitosin Bikin Tentara Kompak Melawan Musuh


Hormon oksitosin diketahui sebagai hormon yang membantu dalam proses persalinan seorang ibu. Tetapi tak hanya itu, hormon oksitosin juga dapat membantu tentara untuk bersatu melawan musuh.

Penelitian terbaru telah menemukan bahwa hormon oksitosin dapat membantu tentara untuk lebih bersatu dan pada saat yang sama juga dapat meningkatkan agresivitas untuk melawan musuh.

Temuan ini menunjukkan bahwa selain merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim dan mempermudah dalam membantu proses kelahiran, efek dari hormon oksitosin juga dilepaskan selama stres dan ketika orang-orang bersosialisasi dengan satu sama lain.

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan perangkat simulasi komputer ini, menemukan bahwa partisipan yang diberi semprotan hormon terikat dengan lebih cepat dan mendalam dengan kelompoknya sendiri, dan menjadi lebih bermusuhan dengan orang luar alias pihak musuh.

Peneliti melakukan tiga percobaan, yang mana semua partisipannya adalah pria. Peneliti membandingkan partisipan yang menerima dosis oksitosin melalui semprot hidung dengan partisipan yang menerima plasebo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dorongan oksitosin cenderung 'mempertahankan' respons, menumbuhkan kepercayaan dan kerjasama kelompok sebagai agresi terhadap kelompok pesaing.

"Oksitosin adalah pedang bermata dua. Hormon ini membuat orang lebih ramah pada kelompoknya, tetapi lebih agresif terhadap orang luar," ujar Carsten De Dreu, dari University of Amsterdam, seperti dilansir dari IndiaVision, Senin (14/6/2010).

Dreu berpikir bahwa produksi oksitosin yang meningkat pada waktu stres dan saat ibu melahirkan, telah berkembang karena adanya faktor kelangkaan makanan di kalangan tentara sementara mereka tetap harus bertahan hidup.

"Menjadi agresif untuk melawan musuh membuat orang menjadi pahlawan, patriot dan setia kepada kelompoknya sendiri," tambah Dreu.

Holly Arrow, seorang ahli psikologi perang di University of Oregon juga mengatakan bahwa oksitosin mungkin merupakan cara penting untuk membuat pria atau tentara bersatu dan membuatnya siap untuk mempertahankan kelompok. Hormon ini tampaknya memiliki efek yang terlepas dari bagaimana orang-orang secara alami bekerjasama.

Gadis Kecil Jangan Pakai High Heels


Anak-anak kecil sebenarnya berbahaya menggunakan sepatu bertumit (high heels). Tapi kenyataannya banyak orangtua yang mendadani gadis ciliknya yang masih berusia di bawah lima tahun dengan sepatu bertumit. Apa saja bahaya sepatu bertumit buat si kecil?

Melihat gadis cilik memakai sepatu bertumit memang menggemaskan. Gayanya bak perempuan dewasa sehingga naluri anak-anaknya seperti hilang.

"Anak-anak kecil sebenarnya tidak boleh menggunakan sepatu hak, karena bisa mengkhawatirkan. Sepatu yang memiliki hak lebih dari 2 cm akan meningkatkan risiko pergelangan kaki terpelintir, dan juga membuat ketegangan di bagian belakang kakinya yang berpotensi menimbulkan masalah pertumbuhan dan perkembangan anak," ujar Gregor McCoshim, seorang ahli penyakit kaki, seperti dikutip dari Telegraph, Senin (14/6/2010).

Keinginan anak menggunakan sepatu tinggi biasanya karena melihat dari teman-temannya, melihat di toko atau didandani ibunya.

Di Amerika misalnya, foto-foto Suri Cruise (3 tahun) putri dari Tom Cruise dan Katie Holmes yang menggunakan sepatu berhak membuat anak-anak dan si ibu berlomba menirunya.

Anak-anak perempuan memang selalu ingin berdandan atau berpakaian dengan cara meniru orang dewasa, dan kondisi ini memang wajar.

Tapi jika kondisi ini didukung oleh adanya peralatan khusus untuk anak-anak, maka bisa membuat anak-anak perempuan akan tumbuh terlalu cepat dibandingkan dengan usianya.

Sepatu bertumit memang membuat anak-anak terlihat lebih tinggi. Tapi tahukah orangtua, anak yang memakai sepatu tinggi lebih sulit berjalan dibandingkan dengan sepatu datar.

Sepatu tumit tinggi bisa menimbulkan risiko fisik ketegangan otot tumit, perubahan lempengan pertumbuhan di tulang atau patah tulang.

Juru bicara American College of Foot and Ankle Surgeons, Matius Dairman mendesak para orangtua untuk membatasi penggunaan sepatu bertumit tinggi yang hanya dipakai sekali atau dua kali saja dalam seminggu dengan waktu yang tidak lebih dari empat jam, atau melarang penggunaannya sama sekali.

Dr James Brodsky, seorang ahli bedah ortopedi di Dallas dan mantan presiden American Orthopaedic Foot&Ankle Society menyarankan agar orangtua memberikan sepatu yang sehat buat anak.

Kriteria sepatu sehat itu adalah:

1. Tidak memiliki hak sepatu yang terlalu tinggi (disesuaikan dengan usianya)
2. Menggunakan bahan-bahan alami yang lembut
3. Sesuai dengan bentuk kaki
4. Bisa memberikan dukungan yang baik untuk kaki

Mitos Perempuan yang Takut Dibilang Depresi


Depresi, terutama pada wanita bisa dialami pada usia berapapun. Menariknya, di setiap kelompok usia ternyata berkembang stigma yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Terkait hal itu, sebuah survei pernah dilakukan oleh Women's Health Resource Center, terhadap 1.200 wanita di Amerika. Tujuannya untuk mengungkap mitos apa saja yang umumnya diyakini wanita dari berbagai generasi

Berikut ini adalah mitos yang terungkap di 3 kelompok usia, dikutip dari Prevention, Senin (14/6/2010).

Usia 20-44 tahun
Kelompok ini cenderung mengatakan, "Saya tidak butuh antidepresan, sebab saya bisa bersandar pada seorang sahabat yang akan membantu melewati semua ini".

Kenyataannya, seringkali dibutuhkan lebih dari sekedar curhat (mencurahkan isi hati) pada sahabat untuk mengatasi depresi.

"Sahabat dan keluarga adalah kunci dalam pemulihan kondisi. Tetapi pada seseorang yang mengalami depresi serius, solusi paling baik adalah dengan terapi bicara sekaligus ditunjang dengan pemberian antidepresan," kata Vivian Burt, seorang profesor psikiatri dari David Geffen School of Medicine UCLA.

Usia 45-59 tahun
Kelompok ini cenderung mengatakan, "Tidak apa-apa, ini hanya dampak dari menopause".

Perubahan hormonal memang bisa memicu fluktuasi suasana hati atau mood. Sekalipun penyebabnya memang menopause, menurut Burt hal itu bukan alasan untuk tidak diobati.

"Menopause memang bisa memicu depresi, tetapi apapun penyebabnya seseorang yang mengalami depresi tetap membutuhkan solusi," ungkap Burt.

Usia 60-69 tahun
Kelompok ini cenderung mengatakan, "Pilihan terbaik adalah tidak membebani orang lain dengan masalah ini".

Selain kepada terapis, berbicara kepada sahabat atau orang terdekat akan sangat membantu mengatasi kesedihan.

"Selalu ada stigma tentang depresi pada wanita di kelompok usia ini. Akibatnya mereka merasa malu untuk bercerita, sehingga membutuhkan dukungan sosial," kata Burt.

Kamis, 10 Juni 2010

Buang Air Besar (BAB) Berdarah


buang air besar selalu susah dan kadang disertai dengan keluarnya darah bisa disebabkan karena gangguan pencernaan (di usus besar). Sebagian pasien disebabkan karena kekurang enzim pencernaan: amilase, dan lipase. Untuk itu, bisa dicoba mengkonsumsi obat penambah enzim pencernaan yang bisa didapatkan di apotik.
Buang air besar susah bisa juga disebabkan karena kurangnya air yang kita minum, sebab, untuk proses pencernaan di daerah usus besar diperlukan cairan yang jumlahnya cukup. apabila kurang maka akan menyebabkan kotoran yang dihasilkan menjadi keras (kurang lembek). Akibatnya pada saat buang air besar menjadi kesulitan.

Buang air besar yang disertai darah bisa disebabkan antara lain: ambeien (pelebaran pembuluh darah di sekitar anus atau dubur). Ambeien atau wasir, ada dua jenis: interna (di sebelah dalam dari dubur kita) dan eksterna (di sebelah luar dubur kita). Kalau ambeien interna (hemoroid interna) tidak dapat kita rasakan saat kita membersihkan kotoran setelah buang air besar, kalau ambeien eksterna (hemoroid eksterna) dapat kita raba saat kita membersihkan kotoran. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan saat buang air besar.

Penyebab lain dari perdarahan saat buang air besar adalah penyakit kolitis atau infeksi/peradangan di usus besar kita.
Hal ini bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan kolonoskopi.

Perdarahan saat buang air besar yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan anemia (Hb turun sampai jauh di bawah normal), yang kadang memerlukan transfusi darah untuk mengoreksi anemianya. Kadang pasien masuk rumah sakit justru karena anemia bukan karena keluhan di perdarahan saat buang air besar.
Untuk memastikan hal tesebut Deya bisa periksa ke dokter spesialis penyakit dalam, atau lebih khusus lagi ke dokter spesialis penyakit dalam, konsultan gastroenterologi.

Makanan Kaleng Diduga Banyak Terpapar BPA


Senyawa kimia BPA (Bisphenol-A) adalah zat kimia yang berbahaya bagi sistem reproduksi, saraf, daya tahan tubuh dan menyebabkan kanker. Baru-baru ini peneliti menemukan paparan BPA pada makanan kaleng diduga lebih banyak daripada botol plastik.

Selama ini, BPA diketahui banyak terdapat di botol plastik. Studi terbaru menemukan bahwa ternyata paparan BPA diduga lebih banyak pada makanan yang dikemas dalam kaleng, seperti sarden, minuman kaleng, susu formula, cornet, buah kaleng, dan lainnya, ketimbang makanan yang dikemas dengan botol plastik.

"Paparan BPA makanan kaleng jauh lebih luas daripada botol plastik," ujar Shanna Swan, seorang profesor dan peneliti di University of Rochester di New York, seperti dilansir dari Foxnews, Kamis (10/6/2010).

BPA merupakan senyawa kunci lapisan resin epoksi (epoxy resin) yang menjaga makanan tetap segar dan mencegah makanan tersebut berinteraksi dengan logam dan perubahan rasa.

Seperti dikutip dari Reuters, dari beberapa studi, BPA tidak hanya dikaitkan dengan kanker, tetapi juga obesitas, diabetes, penyakit jantung, kerusakan saraf, impotensi bahkan hingga kematian.

Pada makanan kaleng, lapisan tipis resin epoksi berada di antara makanan dan kaleng, yang membantu menjaganya tidak saling berinteraksi dan mencegah proses karat.

Resin ini disemprotkan ke dalam kaleng dan dapat mengering seketika. Ribuan perusahaan minuman besar internasional diduga menggunakannya untuk melapisi kemasan kaleng produksi mereka.

Tanpa lapisan resin ini, makanan yang dikemas akan lebih cepat hancur. Kaleng yang kurang senyawa kimia ini pun akan meledak di rak-rak toko bila kaleng tersebut bereaksi dengan logam.

Pertama kali disintesis pada tahun 1891, BPA adalah pengeras komersial, yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari perahu plastik hingga alat penghitung uang.

Sebagai senyawa penting dalam lapisan resin epoksi, BPA bertindak sebagai bagian dari dasar polimer kompleks, dan pertama kali digunakan pada tahun 1940 dalam makanan kaleng.

Yang lebih mengkhawatirkan, menurut Prof Swan, paparan BPA diduga paling banyak ditemukan pada kemasan kaleng susu formula, baik susu formula untuk balita maupun ibu hamil.

Hugh Taylor, seorang profesor dan peneliti di Universitas Yale yang membantu memimpin penelitian tentang BPA mengatakan, bahan kimia ini mengubah cara merespons gen estrogen dan membuka peluang bayi di dalam rahim terkena kanker di kemudian hari.

"Saya mengatakan pada pasien hamil saya untuk menghindari produk yang mengandung senyawa berbahaya ini. Bahkan paparan singkat pada kehamilan dapat menyebabkan kerusakan permanen," ujar Hugh Taylor yang juga merupakan seorang ginekolog.

Karena BPA telah dianggap aman sejak lama untuk kemasan kaleng, hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk dapat menemukan pengganti senyawa yang ternyata berbahaya ini.

"Saat ini, tidak ada resin epoksi jenis lain yang dapat memberikan tingkat keamanan pangan, stabilitas durasi, dan efektivitas biaya untuk mempertahankan daya simpan buah dan sayuran dalam kaleng," ujar Steve Russell, kepala divisi plastik untuk American Chemistry Council, sebuah grup perdagangan industri.

Namun, hal ini tidak terjadi pada botol plastik. Dalam industri, penggantian BPA dalam botol plastik jauh lebih mudah. Alternatif untuk plastik dengan BPA, seperti polietilen yang paling sering digunakan untuk membuat tas belanja, dan polypropylene, yang membuat botol air segar.

Rabu, 09 Juni 2010

Obat Asam Urat Bisa Atasi Penyempitan Pembuluh Darah


Pasien angina bisa mengalami nyeri dada yang hebat jika tidak terobati. Kini mahalnya harga obat untuk angina tidak perlu jadi kendala, sebab ternyata obat asam urat bisa digunakan untuk penyakit tersebut.

Angina merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh arteri koroner. Akibatnya suplai darah oksigen ke jantung akan terhambat dan memicu nyeri hebat di dada saat berolahraga, bahkan bisa menyebabkan serangan jantung.

Dikutip dari Telegraph, Rabu (9/6/2010), peneliti dari University of Dundee menemukan bahwa allopurinol, salah satu obat asam urat paling tua dapat mengatasinya. Obat yang telah dikenal selama 40 tahun dapat mencegah kekurangan oksigen di jantung.

Untuk membuktikan kemanjurannya, peneliti mengujikan obat ini pada 65 pasien angina kronis. Secara acak, beberapa pasien diberi obat allopurinol sementara yang lainnya diberi plasebo.

Para pasien diminta untuk berolahraga ringan di atas treadmill, kemudian aktivitas jantungnya direkam melalui electro cardiography (ECG)). Lamanya waktu dicatat ketika jantung mulai kekurangan oksigen dan pasien mengalami nyeri di dada.

Ketika dibandingkan, pemberian allopurinol ternyata membuat pasien mampu berolahraga 25 persen lebih lama sebelum merasakan nyeri. Data ECG juga menunjukkan, kerja jantung menjadi lebih lama sebelum mulai kehabisan oksigen.

Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar, untuk memastikan kemungkinan allopurinol dapat diresepkan pada penderita angina. Jika perlu, termasuk kemungkinannya untuk dipakai dalam pencegahan serangan jantung di masa mendatang.

"Allopurinol sudah dipasarkan sejak 40 tahun yang lalu. Harganya murah, ditolerasnsi dengan baik oleh tubuh dan efek sampingnya sangat sedikit," ungkap Prof. Dr. Allan Struthers, pakar kardiovaskular dari University of Dundee.

Penelitian yang didanai oleh British Heart Foundation ini dipublikasikan dalam jurnal The Lancet edisi terbaru.

Atasi Depresi Dengan Asam Folat


Selama ini asam folat dikenal sebagai salah satu vitamin yang penting untuk pertumbuhan bayi yang dikandung. Tapi ternyata asam folat ini juga bisa membantu dan mencegah gangguan depresi.

Hal ini berdasarkan dua percobaan yang melibatkan sekitar 1.000 orang dengan dosis harian asam folat. Satu penelitian dilakukan oleh University of Oxford untuk mencari tahu apakah vitamin ini bisa mencegah depresi pada orang yang masih muda. Sedangkan penelitian kedua dilakukan di Bangor University, North Wales dengan melibatkan orang dewasa yang mengalami depresi sedang hingga berat.

Seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (9/6/2010) hasil penelitian menunjukkan bahwa sepertiga dari penderita depresi memiliki kadar asam folat yang rendah, dan juga semakin besar kekurangan asam folat maka gejala depresi yang diderita juga akan semakin parah. Selain itu orang yang memiliki kadar folat rendah, memiliki respons yang kurang terhadap antidepresan.

Beberapa studi telah menemukan bahwa pasien depresi akan kekurangan folat. Kemungkinan banyak orang yang depresi cenderung mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit, hal ini menyebabkan seseorang kekurangan banyak vitamin dan mineral termasuk asam folat.

Sebuah studi yang terdapat dalam Journal of Clinical Psychiatry menemukan bahwa jumlah asam folat yang cukup diperlukan oleh otak agar bisa bekerja dengan baik. Jika otak kekurangan zat ini bisa menyebabkan risiko lebih tinggi terhadap depresi dan juga memperburuk respons obat antidepresan.

Selain itu dalam studi yang dipublikasikan American Journal of Psychiatry, sekelompok peneliti memberikan obat fluoxetine (Prozac) pada 213 pasien dengan gangguan depresi. Setelah delapan minggu diberikan fluoxetine, pasien dengan kadar folat rendah secara signifikan cenderung menunjukkan peningkatan dari terapi obat. Asam folat yang dikombinasikan dengan fluoxetine bisa menjadi pengobatan awal yang efektif untuk depresi.

Asam folat diperlukan untuk membuat DNA, RNA, membangun sel dan cukup aktif di otak dalam sistem saraf pusat. Hal ini mempengaruhi produksi senyawa esensial tertentu dan zat neurotrnasmitter yang membawa pesan ke berbagai bagian otak.

Salah satu teori yang memungkinkan hubungan antara depresi dan asam folat adalah tingkat folat yang rendah menyebabkan SAM (S-adenosylmethionine) juga rendah yang bisa memicu terjadinya depresi karena adanya gangguan di otak.

Depresi adalah suatu kondisi serius yang memerlukan perawatan berkelanjutan dengan metode terapi bicara, penggunaan obat-obatan atau keduanya. Penemuan hubungan antara asam folat dan depresi masih cukup baru, sehingga masih diperlukan studi lebih lanjut untuk membuatnya menjadi sebuah panduan.