Selasa, 07 Juli 2009

TES SONDIR “Cone Penetration Test (CPT)

TES SONDIR
“Cone Penetration Test (CPT)”

Pendahuluan
Ada berbagai cara untuk menentukan daya dukung tanah, salah satu diantaranya adalah melakukan pengetesan dengan alat sondir. Alat ini mempunyai standar luas penampang sebesar 10 cm2, sudut puncak 60°, dan luas selimut 150 cm2 (di Indonesia 100 cm2). Kecepatan penetrasi 2 cm/detik (standar ASTM D411-75T).
Keuntungan alat sondir :
 Cukup ekonomis.
 Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir).
 Dapat digunakan manentukan daya dukung tanah dengan baik.
 Adanya korelasi empirik semakin handal.
 Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.
 Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya baik uji lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa diverifikasi atau dibandingkan dengan uji lainnya.

Tujuan
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus (PK) dan hambatan lekat (HL).
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap mantel bikonus dalam gaya per satuan luas.

Peralatan
 Mesin sondir kekuatan sedang (2,5 ton)
 Manometer 2 buah dengan kapasitas 60 dan 250 kg/cm2
 Konus atau bikonus
 Seperangkat pipa sondir, panjang masing-masing 1 m
 2 buah angker dengan perlengkapannya termasuk besi kanal
 kunci pipa, linggis, meteran dan oli
 waterpass tukang
Langkah Kerja
1. Tentukan titik lokasi yang akan disondir.
2. Buat lubang pertolongan dengan linggis untuk pemasukan bikonus pada permukaan tanah.
3. Pasang angker terlebih dahulu (tiap titik 2 buah angker), dengan jalan memutar angker searah jarum jam dengan menggunakan batang pemutar sambil menekan angker masuk ke dalam tanah.
4. Pasang dan aturlah mesin sondir di atas titik lokasi dalam posisi vertikal.
5. Besi-besi kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir dan amati apakah mesin benar-benar dalam keadaan vertikal terhadap permukaan tanah.
6. Isikan oli ke dalam ruang hidrolis sampai penuh, hingga bekerjanya tekanan sempurna.
7. Pasang bikonus pada ujung pipa pertama dan kontrol sambungan-sambungannya.
8. Pasanglah rangkaian pipa pertama pada mesin sondir tepat pada lubang yang telah dipersiapkan.
9. Tekanlah pipa dengan jalan memutar stang pemutar pada alat sondir untuk memasukkan bikonus ke dalam tanah. Setelah pipa masuk sedalam 20 cm, hentikan pemutaran stang. Pemutaran dilanjutkan kembali untuk menekan besi isi pipa. Pada penekan pertama ujung konus akan bergerak ke bawah sedalam 4 cm, dan jarum manometer bergerak. Catat tekanan yang ditunjuk oleh manometer tersebut. Tekanan inilah yang disebut perlawanan penetrasi konus (PK). Pada penekanan berikutnya, konus dan mantelnya bergerak ke bawah. Nilai manometer yang terbaca adalah nilai perlawanan lekat (JP = PK + HL). Catat besarnya JP.
10. Tekan kembali pipa sondir masuk ke dalam tanah untuk mencapai kedalaman baru. Hentikan setelah mencapai kedalaman tiap interval 20 cm. Lakukan kembali pekerjaan no. 9.
11. Hentikan pengujian sondir apabila :
 Kedalaman telah mencapai kedalaman yang diinginkan.
 Jika bacaan manometer telah mencapai angka maksimal.

CONE PENETRATION TEST
Location : Date :
No. : Ground Elev. :
Tested by : G. W. L :

Depth (m) Manometer Reading Local Friction (kg/cm2) Total Cumulative Friction (kg/cm) Friction Ratio (%)
Cone Resistance (kg/cm2) Total Resistance (kg/cm2)
G ΔG + G LF TCF FR
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
2.20
2.40
2.60
2.80
3.00


15
15
17
16
16
15
16
17
17
17
18
18
18


22
22
25
25
23
20
25
25
25
25
27
28
28


0.70
0.70
0.80
0.90
0.70
0.50
0.90
0.80
0.80
0.80
0.90
1.00
1.00


14
28
44
62
76
86
104
120
136
152
170
190
210


4.67
7.67
4.71
5.63
4.38
3.33
5.63
4.71
4.71
4.71
5.00
5.56
5.56

Pengolahan data sondir
Luas penampang : 10 cm2
Sudut : 60º
Luas selimut : 100 cm2
Local Friction (LF) =
=
Total Cumulative Friction (TCF) = LFn x Interval pembacaan (20 cm) + LFn-1
Friction Ratio (FR) =








The pressure altimeter operates on the principle that average atmospheric pressure decreases linearly with altitude. A typical pressure altimeter is illustrated in the figure.
The instrument is enclosed in a case that is connected to the outside of the aircraft by an air pressure inlet at the rear of the housing. Two or more aneroid capsules—i.e., thin corrugated metallic bellows from which air has been exhausted—are positioned near the inlet. These capsules expand when the outside air pressure falls (as in climbing) and contract when the outside air pressure rises (as in descending). By a mechanical arrangement of sector gears, pinion, backlash spring, and crankshaft, the expansion or contraction of the aneroid capsules is converted to the movement of pointers on a dial. The graduated scale dial is marked off in metres or feet, and a series of gear-driven pointers similar to the hands of a clock may be used to indicate the altitude in units of hundreds, thousands, or tens of thousands. The barometric scale dial records the air pressure in millibars (mb). Because atmospheric pressure is measured relative to sea level, a pressure altimeter must be adjusted with a barosetting knob in order to compensate for small variations in barometric pressure caused by changes in local weather.
The radio altimeter measures the distance of an aircraft above the ground rather than above sea level. The altitude is equal to one-half the time that it takes a pulse of radio energy to travel from the aircraft to the ground and back multiplied by the speed of the pulse (equivalent to the speed of light). The measured altitude is displayed on a video screen. Radio altimeters are used in automatic navigation and blind-landing systems.













REFRENSI


"http://commons.wikimedia.org/wiki/automatic leve”
"http://commons.wikimedia.org/wiki/GPS”
”http://images.google.com gambar alat geologisondir”
"http://commons.wikimedia.org/wiki/jangka sorong”
"http://commons.wikimedia.org/wiki/theodolite"
"http://commons.wikimedia.org/wiki/waterpass”
”http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c6/Faa_altimeter.JPG”
”http://www.britannica

Tidak ada komentar: