Jumat, 02 Oktober 2009

Menurunkan Berat Badan Dengan Minum Air Dingin Tak Efektif


Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan berat badan. Beberapa orang menggunakan air dingin sebagai alat untuk menurunkan berat badan. Tapi sehatkan cara ini untuk diterapkan?

Kelebihan kalori merupakan salah satu masalah yang sensitif buat kebanyakan orang. Tapi hal terpenting yang harus dipahami adalah membedakan antara kalori dalam makanan serta kalori yang terkandung dalam air.

Kata kalori dalam makanan digunakan untuk menunjukkan jumlah energi yang terkandung dalam sejumlah makanan. Sedangkan kalori dalam air adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur, seperti 1 gram air sebanding dengan 1 derajat celsius.

Jika menggunakan perhitungan seperti itu, lalu bagaimana caranya air dingin bisa digunakan untuk membakar kalori dalam tubuh manusia?

Saat manusia mengonsumsi air dingin, maka tubuh harus membakar kalori atau lemak untuk meningkatkan temperatur dari minuman dingin tersebut. Sehingga air dingin yang masuk ke dalam tubuh bisa sesuai dengan suhu tubuh itu sendiri, seperti dikutip dari HowStuffWorks, Jumat (2/10/2009).

Misalnya seseorang mengonsumsi 0,5 liter air dingin atau setara dengan 473,18 kalori dengan suhu nol derajat sedangkan suhu tubuhnya adalah 37 derajat celsius, maka tubuh harus menaikkan temperatur air tersebut hingga mencapai suhu 37 derajat celsius. Jadi, tubuh hanya membakar 17,5 kalori.

Jika dilihat dari banyaknya kalori yang dibakar oleh tubuh, maka menurunkan berat badan dengan cara mengonsumsi air dingin tidak akan memberikan efek yang signifikan bagi tubuh. Jadi sebaiknya jangan terlalu barharap bisa menurunkan berat badan hanya dengan mengonsumsi air dingin saja. Selain itu, cara ini juga tidak terlalu menyehatkan bagi tubuh.

Cara yang paling efekif untuk menurunkan berat badan adalah dengan mengatur pola makan yang benar, menjalani pola hidup yang sehat serta rajin melakukan olahraga yang bisa membakar kalori berlebih dalam tubuh.

Bayi Lahir Sekarang Bisa Hidup Hingga 100 Tahun


Tidak banyak orang yang bisa hidup hingga mencapai usia 100 tahun. Tapi peneliti di Denmark memperkirakan lebih dari setengah bayi yang lahir di negara kaya saat ini bisa berumur hingga 100 tahun jika tren hidup yang dijalani seperti sekarang terus berlanjut.

Seperti diketahui, peningkatan jumlah orang-orang yang sangat tua dapat menimbulkan tantangan besar bagi kesehatan dan sistem sosial. Tapi penelitian menunjukkan bahwa mungkin masalah seperti ini tidak akan terjadi jika lansia tidak hanya hidup lebih lama, tetapi juga tetap hidup sehat.

Penelitian ini menggunakan populasi di Jerman sebagai studi kasusnya. Hasilnya, menunjukkan bahwa pada tahun 2050 penduduk Jerman secara substantial akan berusia lebih tua. Ini berarti tenaga kerja jumlahnya lebih sedikit dan harus saling bahu membahu. Saat ini banyak pemerintahan di negara maju menaikkan usia pensiunnya.

"Kenaikan harapan hidup yang besar yaitu lebih dari 30 tahun, telah terlihat di sebagian besar negara-negara maju sejak abad ke 20," ujar Kaare Christensen dari Danish Aging Research Center, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/10/2009).

Christensen menambahkan jika kondisi kesehatan saat ini tidak berubah, maka 75 persen bayi yang lahir di negara-negara dengan harapan hidup terpanjang seperti Jepang, Swedia dan Spanyol akan bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 75 tahun.

Semakin banyaknya orang yang berusia lanjut dikarenakan sebagai akibat dari peningkatan bantuan bagi orang-orang yang lemah dan sakit agar bisa bertahan hidup lebih lama. Saat ini meskipun banyak ditemukan orang yang bisa bertahan hingga usia 85 tahun, rata-rata memiliki penyakit kronis seperti diabetes, artritis atau jantung yang hanya akan menjadi lemah dan cacat pada usia selanjutnya.

Diharapkan dengan kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, orang bisa mendeteksi penyakit lebih dini, meningkatkan pengobatan dan perbaikan penyakit umum. Sehingga bayi-bayi yang lahir sekarang bisa mempertahankan hidup lebih lama dan kemungkinan mencapai usia 100 tahun.