Jumat, 11 Maret 2011

PENGATALOGAN BAHAN PUSTAKA BUKU PADA PERPUSTAKAAN STT ABDI SABDA

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.6 Hipotesis Penelitian
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Katalog
2.2 Pengertian Online Public Access Catalogue
2.2.1 Keunggulan OPAC dari Katalog Kartu atau Katalog Manual
2.3 Tujuan dan Fungsi Katalog
2.4 Pengatalogan Bahan Pustaka
2.4.1 Katalogisasi
2.4.2 Penentuan Tajuk Entri Utama
2.4.3 Deskripsi Bibliografi
2.4.4 Penentuan Tajuk Subjek
2.4.5 Klasifikasi
2.4.6 Filling Kartu Katalog
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum STT ABDI SABDA MEDAN

BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA




















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebuah perguruan tinggi dapat dikatakan berkualitas baik, jika memiliki sistem pendidikan, fasilitas, dan staf pengajar yang bermutu agar dapat menunjang program belajar mengajar yang efektif. Salah satu sarana pendidikan yang penting dan harus dipenuhi oleh suatu perguruan tinggi adalah perpustakaan. Perpustakaan menyimpan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh civitas akademik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi tempaynya bernaung.
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan milik universitas, institut, akademi, yang digunakan sebagai sarana penunjang pelaksanaan tugas-tugas yang tercantum dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi juga sering disebut sebagai jantung perguruan tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan tugas perpustakaan perguruan tinggi yaitu mengelola koleksi perpustakaan yang mencakup kegiatan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pelayanan, dan perawatan.
Koleksi yang telah disediakan oleh bagian pengadaan belum dapat dilayangkan langsung kepada para pengguna perpustakaan. Terlebih dahulu koleksi tersebut harus diolah agar dapat memudahkan para pengguna dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Selain itu juga memudahkan para petugas perpustakaan untuk mengetahui dan mengontroll bahan pustaka yang digunakan oleh para pengguna. Pengolahan bahan pustaka mencakup kegiatan pengatalogan dan pengklasifikasian.
Pengatalogan bahan pustaka merupakan proses pembuatan daftar bahan pustaka yang akan ditempatkan dan diatur pada rak yang telah tersedia. Setiap perpustakaan memiliki cara tersendiri dalam mengolah bahan pustaka yang dimilikinya
Perpustakaan STT ABDI SABDA MEDAN merupakan perpustakaan dengan koleksi yang cukup memadai. Tetapi bagaimanakah sistem pengolahan buku yang digunakan terutama kegiatan pada bagian pengatalogan, apakah bahan pustaka yang disediakan sudah dikatalog dengan baik dan benar sehingga dapat ditelusur oleh pengguna dengan mudah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk memilih judul “ pengatalogan bahan pustaka buku pada perpustakaan STT ABDI SABDA(Sekolah Tinggi teologia Abdi Sabda ) ”


1.2 Tujuan penulisan
adapun tujuan penulisan yang dapat dirumuskan penulis adalah:
2. untuk dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang pengatalogan dan pengklasifikasian bahan pustaka
3. untuk mengetahui pengatalogan buku yang dilakukan oleh perpustakaan STT ABDI SABDA
4. untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh perpustakaan STT ABDI SABDA dalam kegiatan pengatalogan buku.

1.3 Manfaat penulisan
adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perpustakaan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
2. Bagi pembaca, dapat memberikan pengetahuan dan masukan tentang topik yang bersangkutan
3. bagi penulis, menambah wawasan dalam topik yang di bahas dan mengaplikasikan pengetahuan yang di peroleh selama perkuliahan.



















BAB II
PENGATALOGAN BAHAN PUSTAKA BUKU

2.1 Pengertian Katalog
Pengguna perpustakaan menggunakan koleksi perpustakaan dengan bermacam-macam keperluan. Untuk mengetahui buku-buku apa saja yang dimiliki oleh suatu pepustakaan diperlukan alat bantu yang disebut katalog perpustakaan. Secara singkat katalog dapat diartikan sebagai daftar. Katalog juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam seperti katalog penerbit, katalog obat, katalog pakaian dan lain sebagainya.
Menurut Tairas dan Soekarman (1981: 182) katalog adalah “ suatu daftar buku atau bahan lainnya yang disusun menurut suatu rencana tertentu” sedangkan menurut Soeminah ( 1992:96) katalog adalah “ daftar pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan menemukan lokasi bahan pustaka”.
Dari uaraian diatas, dapat dinyatakan bahwa katalog perpustakaan merupakan suatu daftar buku yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan disusun secara sistematis untuk dapat memudahakn pengguna dalam menemukan informasi dari bahan pustaka yang disediakan oleh perpustakaan.
Biasanya katalog memegang peranan dalam penelusuran informasi, karena katalog memuat keterangan bibligrafis tentang sebuah buku mulai dari nama pengarang, judul buku ( anak juduk dan judul tambahan), edisi, impresium( kota terbit, nama penerbit, tahun terbit), keterangan tentang deskripsi fisik buku (kolasi) seperti jumlah halaman, keterangan seri, serta catatan-catatan yang dianggap perlu seperti nomor panggil (call number). Dengan adanya katalog, maka pengguna dapat mengenali bahan pustaka apa saja yang dimiliki oleh perpustakaan atau dapat digunakan sebagai petunjuk yang dapat membantu pengguna untuk menemukan dan memilih bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan secara cepat dan tepat.
Bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan fisiknya. Sebelum katalog terpasang ( online) muncul, telah dikenal berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu ( Horgan 1994:2). Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku ( book catalog), katalog berbentuk kartu ( card catalog), katalog berbentuk mikro( microform catalog), katalog komputer terpasang ( online computer catalog) ( Taylor 1992: 8).
1. katalog berbentuk kartu
Pada katalog bentuk kartu dengan ukuran 7,5 x 12,5 cm, setiap entri ditulis dalam satu kartu dan kartu ini kemudian dijajarkan dalam laci lemari katalog. Keuntungan dari katalog kartu adalah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah.
2. katalog berbentuk mikro
Katalog berbentuk micro lebih murah di banding dengan katalog berbentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaanya lebih mudah dari pada katalog buku. bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya.
3. katalog komputer terpasang
Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut dengan online public acces catalogue (OPAC), adalah bentuk katalog terbaru yang telah digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC cepat menjadi pilihan katalog yang digunakan di berbagai jenis perpustakan.

2.2 Pengertian Online Public Access Catalogue
Istilah baku untuk online public access catalogue dalam bahasa Indonesia, hingga saat ini terumuskan dengan pasti. Ada perpustakaan menyebutkannya dengan istilah katalog online atau katalog terpasang, dan ada juga menyebutnya dengan istilah OPAC.
Corbin (1985:255) menyebutkan dengan online public catalog, yaitu suatu katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari koleksi satu atau beberapa perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya dan dibuat tersedia secara online kepada pengguna.
Pendapat lain menyatakan bahwa OPAC adalah sistem katalog terpasang yang diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam Tedd (1993: 141).
Horgan ( 1994: 1) menyatakan OPAC adalah suatu sistem temu balik informasi, dengan satu sisi masukan ( input ) yang menggabungkan pembuatan file cantuman dan indeks.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa OPAC adalah suatu sistem temu balik informasi berbasis komputer yang digunakan oleh pengguna untuk menelusur koleksi suatu perpustakaan atau unit informasi.

2.2.1 Keunggulan OPAC dari Katalog Kartu atau Katalog Manual
Sebelum OPAC muncul, telah ada berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk katalog yang paling luas digunaka ialah katalog kartu ( Horgan 19994, 2). Akan tetapi setelah OPAC muncul pada permulaan tahun 1980-an, sejumlah perpustakaan tertentu telah mengkonversi katalog kartu dan beralih ke bentuk OPAC. Perpustakaan mempunyai berbagai pertimbangan dan alasan untuk beralih dari katalog kartu ke OPAC.
OPAC jauh melebihi katalog kartu dan katalog lainnya yang digantinya. Katalog kartu mamiliki sejumlah keterbatasan dibanding dengan OPAC. Sekalipun fungsi dasarnya sama yaitu sebagai sarana temu balik di pepustakaan, namun diantara katalog kartu dan OPAC terdapat banyak perbedaan.
Selain bentuk fisik, ada sejumlah perbedaan diantara OPAC dengan katalog kartu. Salah satu perbedaan penting diantar keduanya adalah bahwa cantuman bibliografi pada OPAC dapat ditelusur dalam berbagai cara dan dapat ditampilkan pada berbagai bentuk format tampilan, sedangkan katalog kartu hal itu tidak mungkin dilakukan. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari sisi kegiatan penelusuran yang mencakup interaksi ( interaction), bantuan pengguana ( user assistence), kepuasan pengguna ( user satisfaction), kemampuan penelusuran ( searching capabilities), keluaran dan tampilan (output and display), serta ketersediaan dan akses ( availability and access).
OPAC dapat diakses melalui terminal pada tempat yang berbeda dari dalam atau dari gedung perpustakaan, melalui local area networks ( LAN ) dan wide area networks ( WAN ), sedangkan pada katalog kartu dan katalog manual lainnya hal itu tidak mungkin dilakukan. Pengguan yang berbeda, yang berada di dalam atau di luar gedung perpustakaan di mungkinkan menggunakan sistem OPAC secara bersama, sekalipun menelusur cantuman yang sama pada waktu yang bersamaan, sedangkan bila menggunakan katalog kartu, hal ini tidak mengkin dapat dilakukan. Kelemahan sistem OPAC ialah dipengaruhi faktor luar seperti terputusnya aliran listrik.

2.3 Tujuan dan Fungsi Katalog
Menelusuri koleksi perpustakaan dengan melihat buku-buku yang disusun di dalam rak ( browsing) akan mengalami kesulitan, koleksi lebih mudah diketahui bila menggunakan katalog perpustakaan. Katalog pepustakaan harus dapat memberi jawaban mengenai ada tidaknya suatu buku dalam koleksi perpustakaan, baik jika pencariannya dilakukan dari pengarangnya maupun dari segi judul atau subjeknya. Katalog pepustakaan berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya.
Tujuan pertama katalog perpustakaan yaitu dapat digunakan oleh pengguna untuk menemukan bahan pustaka yang diinginkannya berdasarkan pengarang, judul, maupun subjeknya. Tujuan kedua menyatakan bahwa katalog dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan. Tujuan ketiga menyatakan bahwa katalog dapat membantu pada sebuah buku berdasarkan edisinya, atau berdasarkan karakternya.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pembuatan katalog bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam mencari bahan pustaka yang diinginkan dari koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Sedangkan fungsi katalog perpustakaan adalah sebagai sarana temu balik informasi, sistem komunikasi dan sebagai daftar inventaris koleksi di suatu perpustakaan. katalog perpustakaan berfungsi sebagai inventaris dokumen sebuah perpustakaan sekaligus berfungsi sebagai sarana temu balik ( Sulistyo-Basuki 1991:317). Katalog perpustakaan juga berfungsi sebagai alat komunikasi yang menginformasikan buku-buku perpustakaan. Oleh karena katalog merupakan alat komunikasi, sudah barang tentu katalog berisi bahan-bahan informasi yang dikomunikasikan, dalam hal ini berupa ciri-ciri buku misalnya judul buku, pengarang, edisi, kota terbit, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, dan sebagainya.
2.3 Pengatalogan Bahan Pustaka
Pengatalogan bahan pustaka perpustakaan adalah pembuatab rekaman bibliografi yang merupakan wakil ringkas dari bahan perpustakaan dalam koleksi perpustakaan. Pengatalogan bahan pustaka yang dilakukan di perpustakaan terdiri dari kegiatan katalogisasi dan klasifikasi, dan sebelumnya dibuatkan dahulu deskripsi bibliografi buku yang akan dikatalog.
2.4.1 Katalogisasi
Katalogisasi adalah kegiatan membuat kartu-kartu katalog untuk setiap koleksi bahan pustaka mulai dari membuat T-slip (Temporary slip = konsep kartu katalog) sampai pada pembuatan berbagai macam kartu katalog, seperti : kartu katalog pengarang, kartu katalog judul, kartu katalog subjek, dan lain-lain. Kartu katalog ini berisikan uraian-uraian lengkapmengenai buku atau bahan perpustakaan lainnya dan entri-entri yang sesuai dengan katalog perpustakaan. Kegiatan ini dilakukan agar katalog sebagai wakil ringkas buku dan alat penelusuran informasi dapat digunakan menjadi petunjuk bagi pengguna untuk mencari bahan perpustakaan yang dibutuhkan dari jajaran buku-buku yang ada di rak buku.
Pekerjaan katalogisasi merupakan pekerjaan utama dalam suatu perpustakaan, karena sebelum buku dilayangkan kepada para pengguna, terlebih dahulu buku-buku tersebut harus dikatalog. Melalui proses katalogisasi inilah dapat diketahui apakah buku sudah dapat dilayangkan atau belum kapada para pengguna perpustakaan. “Katalogisasi adalah proses pembentukan katalog yang meliputi:
a) katalogisasi deskriptif, merekam data bibliografi
b) katalogisasi subjek, merekam subjek buku dengan menentukan tajuk subjek atau nomor klasifikasi”( Somadikarta 1979:7)
katalogisasi deskriptif merupakan tahapan pencatatan pemberian identifikasi dan deskripsi sebuah buku yang menjadi koleksi perpustakaan. Katalogisasi deskriptif bertujuan untuk : pertaman menganali suatu bahan perpustakaan yang diproses sehungga dapat memberikan informasi kepad pembaca untuk membedakannya dengan bahan perpustakaan lainnya. Kedua, memberikan karakter pada suatu bahan pustaka yang diperlukan. Ketiga, menempatkan entri pada tajuk yang paling menguntungkan pembaca.
Katalogisasi subjek merupakan proses katalogisasi yang berhubungan dengan penentuan daftar tajuk subjek buku, seperti LCSH (Library Congress Subject Headings), Sears List Subject Headings atau Daftar Tajuk Subjek Indonesia. Pedoman yang digunakan untuk katalgoisasi adalah:
a. “Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR2)
b. Standar deskripsi untuk monograf
c. Standar deskripsi untuk terbitan berseri
d. Peraturan Katalogisasi Indonesia (PKI)
e. Format MARC INDONESIA ( INDOMARC)
f. Format Doblin Core
g. Standar penentuan tajuk entri “ Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, 2004 : 60)

Penentuan tajuk subjek ini bertujuan untuk dapat menemukan buku-buku yang membahas masalah/topik tertentu, dan dapat memungkinkan seseorang untuk menemukan buku-buku yang membaha subjek yang berhubungan.


2.4.2 Penentuan Tajuk Entri Utama
Dalam proses katalogisasi, hal yang dilakukan adalah membuat konsep entri utama, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi suatu buku atau karya. Tajuk entri uatama ini ditentukan berdasarkan peraturan katalogisasi, yaitu:
i. Peraturan menentukan tajuk entri utama monograf
ii. Peraturan menentukan tajuk badan penerbit berseri
iii. Paraturan menentukan tajuk perorangan
iv. Peraturan menentukan tajuk badan korporasi
Menurut Tairas dan Soekarman (1981: 128) entri utama adalah “ uraian katalog lengkap dari suatu bahan yang memberikan semua informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi suatu karya. Dalam katalog kartu entri ini memberikan juga jejakan dari semua entri tambahan yang dibuatkan untuk suatu karya”. Tajuk entri utama berfungsi untuk menetukan posisi kartu dasar dalam susunan katalog pengarang dan katalog judul, karena pada umumnya katalog pengarang/judul disusun secar abjad. Pada umumnya yang menjadi tajuk entri utama adalah pengarang ( nama orang, badan korporasi, lembaga pemerintah atau swasta) maupun yang bertanggung jawab atas isi dari suatu buku.
Sehubungan dengan hal tersebut, petugas yang mengerjakan katalog harus mengetahui dengan jelas ketentuan apa saja yang digunakan untuk memilih tajuk entri utama, agar pekerjaannya sempurna,konsisten dan mudah digunakan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih tajuk entri utama, seperti:
a. Karya pengarang tunggal
Adalah suatu karya yang dikarang oleh satu pengarang, maka yang menjadi entri utama adalah pengarang itu sendiri
b. Karya pengarang ganda
Adalah karya yang dikarang lebih dari satu orang pengarang secar bersama-sama. Dalam kepengarangan iniada beberapa ketentuan yang dapat dilihat, antara lain:
• Apabila karya ditulis oleh dua orang atau tiga orang pengarang, maka yang menjadi tajuk entri utama adalah pengarang utama yang disebutkan pertama kali pada halaman judul dan pengarang yang lain dituliskan sebagai tajuk entri tambahan
• Bila suatu karya dikarang oleh tiga orang pengarang tanpa ada pengarang utama, tajuk ditentukan pada pengarang yang disebutka pertama kali pada halaman judul.
• Jika suatu karya dikarang lebih dari tiga orang, maka yang menjadi tajuk entri utama adalah judul dan pengarang pertama menjadi tajuk tambahan.
c. Karya editor
Adalah karya pengarang ganda yang terdiri lebih dari tiga orang pengarang dibawah seorang editor, dalam hal ini ketentuan yang harus diperhatikan yaitu:
• Karya dibawah pimpinan editor yang mempunyai judul bersama entri utamanya ditetapkan dibawah judul, sedangkan entri tambahannya adalah editor
• Jika tidak mempunyai judul bersama, entri utama adalah pengarang atau judul arya tersebut, sedangkan entri tambahannya dibawah editor.
d. Karya anonim
Adalah karya yang tidak diketahui pengarangnya ataupun nama pengarangnya tidak jelas, untuk karya ini yang menjadi entri utama adalah judul.
e. Karya badan korporasi
Yang menjadi tajuk entri utama untuk badan korporasi adalah badan itu sendiri, jika badan itu yang bertanggung jawab atas karya yang dihasilkan.
f. Karya terjemahan
Bila suatu karya diterjemahkan ke dalam bahasa lain, tajuk entrinya ditentukan pada pengarang asli, dan entri tambahan dibuat pada peterjemah.

2.4.3 Deskripsi Bibliografi
Dalam pengatalogan dikenal deskripsi bibliografi yang merupakan keterangan mengenai terbitan monograf maupun terbitan berseri. Pembuatan deskripsi bibliografi bertujuan untuk menyediakan data tentang buku bagi pengguna perpustakaan. Pedoman untuk menentukan deskripsi bibliografi adalah Anglo American Cataloguing Rules edisi kedua revisi (AACR2).
Dalam membuat deskripsi bibliografi sumber informasi yang digunakan adalah terbitan itu sendiri. Urutan sumber informasi menurut Sulistyo Basuki (1993:330) yaitu:
• “Halaman judul, yaitu halaman yang memuat judul sebenarnya.
• Halaman permulaan lainnya ( misalnya halaman judul singkat, dibalik halaman judul, kulit buku dan punggung buku) dan kolofon.
• Terbitan itu sendiri, misalnya kata pengantar, kata pendahuluan, teks, lampiran, tambahan dan sampul buku
• Di luar terbitan itu sendiri”.
Deskripsi bibliografi disusun oleh tujuh daerah dan masing-masing daerahnya memuat informasi yang disebut unsur. Adapun susunan urutan unsur dalam daerahnya masing-masing adalah:
1. Judul di kutip sesuai dengan apa yang terdapat pada halaman judul, kalau judul terlalu panjang dapat di potong dan diikuti tanda ellipsis[ ---]
a. Judul tambahan dipisahkan dari judul utamadengan tanda baca titik dua [:]
b. Judul paralel adalah judul yang dinyatakan dalam berbagai bahasa yang dalam pencatatannya masing-masing dipisahkan dengan tanda sama dengan [=]
2. pernyataan pengarang dicatat setelah judul tanda garis miring [/] digunakan untuk memisahkan kedua unsur itu.
3. pernyataan edisi dicatat dengan menggunakan angka Arab kata Edisi ( edition) disingkat menjadi ed. Edisi dipisahkan dengan garis miring [/] dari pernyataan pengarang/editor yang khusus untuk edisi itu.
4. impresium terdiri dari tempat terbit, nama penerbit dan tahun terbit. Tempat terbit dan nama penerbit dipisahkan dengan tanda titik dua [:]
contoh: Jakarta: Direktorat Jenderal Transmigrasi, 1972.
a) Tempat terbit yang ganda dipisahkan dengan tanda titik koma
b) Tempat terbit dan nama penerbit yang kedua-duanya ganda dipisahkan dengan tanda titik koma [;]
c) Tempat terbit yang tidak diketahui dinyatakan [s.l] antar tanda kurung siku. ( s.l=sine loco)
d) Nama penerbit yang tidak diketahui dinyatakan [s.n] antara kurung siku. (s.n =sine nomine)
e) Tempat dan nama penerbit yang keduanya tidak diketahui dinyatakan dengan [s.l.:s.n] diikuti dengan tempat dan nama pencetak antara kurung siku.
5. Deskripsi fisik terdiri dari pernyataan jumlah halaman ( jumlah jilid untuk karya yang lebih dari satu volume) dan pernyataan ilistrasi. Keduanya di pisah dengan tanda titik dua [:]. Halaman dinyatakan dengan tanda p dan ilustrasi dengan ill.
6. seri dinyatakan dengan kurung dalam kolasi setelah nomor seri dipisahkan dengan titik koma [;].
7. catatan diberikan dalam urutan berikut :
a. catatan bibliografi mengenai judul asli, bentuk karya akademis ( disertasi, tesis, skripsi), nama sponsor dan sebagainya.
b. Catatan seri seperti adanya bibliografi, judul jilid pada monograf berjudul yang tiap jilidnya mempunyai judul.
8. jejakan ( tracing) berisi deskriptor- deskriptor untuk mengindeks informasi yang terdapat dalam dokumen yang bersangkutan. Jika diperlukan deskriptor dapat disertai nomor halaman tempat informasi. Jejakan ( tracing) perlu untuk mengetahui entri tambahan apa saja yang perlu dibuat untuk satu dokumen. ( Sumardji, 1988 : 159-161)

2.4.4 Penentuan Tajuk Subjek
Penentuan tajuk subjek dilakukan untuk mengetahui topik atau tema yang akan dibahas dalam suatu bahan pustaka. Tajuk subjek adalah kata atau istilah atau frase yanf digunakan pada katalog untuk menyatakan isi atau topik suatu bahan pustaka. Dalam menentukan tajuk subjek ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:
dalam menentukan tajuk subjek ini, pertama pilihlah istilah yang paling mewakili isi dokumen
gunakan istilah yang sangat spesifik
pakailah istilah umum daripada istilah teknis
pilihlah istilah yang akan menyatakan sudut pandang yang benar.
Pakailah tajuk terbalik jika perlu untuk membentuk subjek yang sama sehingga membentuk suatu susunan yang logis
Pakailah istilah gabungan untuk dua subjek yang biasanya dibahas bersama-sama.
Bila dua istilah memiliki satu atau lebih pengertian buatlah alasannya.
( Sirdi, 1991 :13)

Untuk menentukan tajuk subjek buku, langkah yang harus dilakukan ialah dengan menganalisis subjek buku secara keseluruhan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan subjek buku secara cepat dan mudah ialah dengan membaca buku secar teknis:
o Judul
o Kata pengantar
o Daftar isi
o Pendahuluan
o Indeks
o Teks


2.4.5 Klasifikasi
Di perpustakaan ada begitu banyak buku, mulai dari buku yang tebal, tipis, tinggi, lebar dan sebagainya. Bila buku-buku tersebut hanya disusun menurut tinggi, warna, dan tebalnya, maka pengguna akan sulit menemukan koleksi buku yang disediakan oleh perpustakaan dalam mencari informasi yang ia butuhkan. Oleh karena itu, sebaiknya buku-buku tersebut harus disusun dan dikelompokkan sesuai dengan isi dan subjeknya.
Pengelompokan buku dalam perpustakaan di kenal dengan istilah klasifikasi bahan pustaka. Ada beberapa sumber yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan pengertian klasifikasi. Soetminah (1992: 81) menjelaskan bahwa “klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan buku-buku yang subjek atau isinya sama dan memisahkan buku-buku yang subjeknya berbeda”.
Menurut Towa Homakonda (2001:1), “klasifikasi merupakan pengelompokan yang sistematis dari pada sejumlah objek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama”. Sedangkan menurut Sulistyo Basuki (1993:395) menyebutkan “ klasifikasi adalah proses pengelompokan artinya mengumpulkan benda atau entitas yang tidak sama”.
Secara sederhana dari pengertian klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan buku-buku yang subjeknya sama dan sesuai dengan bidang ilmu yang terkandung dalam buku tersebut. Pengelompokan bidang ilmu tersebut dapat dibagi atas:
o Kelompok buku teks
o Kelompok terbitan berkala, seperti:
- majalah
- bibliografi
- indeks
- dan lain-lain
o kelompok bidang ilmu pengetahuan
- filsafatk
- keagamaan
- sosial/kemasyarakatan
- bahasa
- eksakta
- terapan/praktis
- kesenian,rekreasi dan olahraga
- kesusasteraan
- sejarah, bibliografi dan ilmu bumi
( Sumardji 1988: 25)
Tujuan klasifikasi adalah untuk membantu pemakai mengidentifikasi dan melokalisasikan sebuah dokumen berdasarkan nomor panggil, serta mengelompokkan semua dokumen sejenis menjadi satu.
Ada beberapa sistem klasifikasi yang digunakan perpustakaan di seluruh dunia seperti, Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Library Congress Classification (LCC), daftar perluasan DDC yang khusus dikembangkan untuk Indonesia, dan lain-lain. Dari beberapa sistem klasifikasi tersebut, DDC merupakan sistem yang paling banyak digunakan oleh perpustakaan di dunia termasuk di Indonesia. DDC membagi ilme pengetahuan dalam 10 kelas utama, yaitu:
000 karya umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu Murni
600 Teknologi terapan
700 Kesenian
800 Sastra
900 Sejarah dan Geografi ( Sulistyo-Basuki, 1993:408)
Ada dua kegunaan sistem klasifikasi yang dapat dilihat yaitu:
1) untuk memberikan nomor panggil yang menyatakan letak suatu karya di rak. Dengan sistem klasifikasi ini, sebuah buku hanya memperoleh satu nomor kelas.
2) Untuk menjelaskan isi serta menentukan nomor panggil. Dengan sistem klasifikasi ini, sebuah karya memperoleh satu nomor kelas utama yang berguna sebagai nomor panggil dan beberapa nomor kelas tambahan.

2.4.6 Filling Kartu Katalog
Filling kartu katalog adalah penyusunan kartu pada laci lemari katalog. Kartu-kartu yang telah selesai dibuat, disusun dalam laci katalog sesuai dengan peraturan yang digunakan oleh suatu perpustakaan. Menurut Sumardji ( 1997 :69) penyusunan kartu katalog adalah sebagai berikut:
o “ bagi kelompok kartu katalog pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog subjek, masing-masing disusun menurut urutan secara alfabetis dari huruf-huruf nama pengarang, judul dan subjek.
o Bagi kelompok kartu katalog shelflist disusun menurut urutan nomor penempatan (call number) yang tercantum pada sudut kiri atas”.
Penjajaran kartu katalog harus disusun menurut peraturan yang ada, agar katalog dapat benar-benar berdaya guna bagi pengguna perpustakaan. Ada tiga nama yang pernah mengeluarkan peraturan penjajaran kartu katalog, yaitu:
1) Cutter
Peraturan yang dibuat Cutter ini pada dasarnya penjajaran menurut abjad. Tetapi Cutter juga penyimpanan dengan mengadakan pengelompokan tajuk (entri)
2) ALA (American Library Association)
Prinsip utama dari peraturan yang dibuat oleh ALA adalah penjajaran secara abjad dengan mengabaikan tanda baca dan pengelompokan entri nama keluarga yang dijajar lebih dulu sebelum entri lain yang memiliki kata yang sama.
3) LC ( Library of Congress)
4) Peraturan yang dibuat oleh ALA ini tidak sepenuhnya disusun menurut abjad, karena terdapat beberapa pengelompokan antar penjajaran ( Eryono, 193:302)

2.4.7 Pelabelan (labelling)
Labelling merupakan suatu pekerjaan memberi perlengkapan pada buku sebelum disajikan kepada pengguna dalam proses peminjaman atau sirkulasi. Pelabelan (labeling) dilakukan agar bahan pusyaka yang berisi informasi penting dapat dikenali dengan mudah dan cepat ditemukan oleh para pengguna perpustakaan. Menurut Sumardji ( 1998: 26) yang dimaksud dengan” pelabelan adalah kegiatan membuat /menulis nomor penempatan (call number) setiap bahan koleksi pada label tertentu, kemudian menempelkannya pada punggungnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Label tersebut ditempel pada punggung buku kira-kira 2,5 cm dari bawah dalam posisi buku berdiri. Kelengkapan lain yang harus dibuat adalah kantong buku, dan lembaran tanggal kembali.

2.4.8 Penyusunan Buku di Rak
Penyusunan buku di rak sering disebut dengan istilah shelving. Shelving adalah penempatan buku pada rak menurut cara tertentu sehingga mudah ditemukan pengguna dengan cepat. Penyusunan buku di rak dilakukan secara sistematis, yang diurutkan dari nomor klasifikasi terkecil sampai pada nomor klasifikasi terbesar (mulai dari nimor 000-999).
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan cermat, agar koleksi buku yang ada pada perpustakaan dapat ditemukan dan tidak dianggap hilang karena kesalahan penempatan buku yang tidak sesuai dengan nomor klasnya.





























BAB III
PENGATALOGAN BAHAN PUSTAKA BUKU PADA
PERPUSTAKAAN STT ABDI SABDA
MEDAN

Gambaran Umum STT ABDI SABDA MEDAN
Di dorong oleh panggilan untuk memberitakan Injil Kristus dan kebutuhan akan tenaga pelayan Gereja, pertengahan dekade 60-70 an Gereformeerd Indonesia mengajak Gereja-Gereja di Sumatera Utara untuk menyelenggarakan sekolah formal untuk mendidik calon-calon guru Injil dan guru agama Kristen, baik untuk bekerja di gereja maupun di sekolah-sekolah.
Ajakan gereja Gereformeerd Indonesia untuk maksud di atas disambut baik oleh beberapa gereja di Sumatera Utara. Sambutan di atas diwujudkan dalam pertemuan bersama yang dihadiri oleh masing-masing utusan gereja yaitu:
1. Pdt. Sep Purnahadikawahyo dari Gereformeerd Church in Indonesia (GKI- Sumut).
2. Pdt. KLF. Legrand dari Gereformeerd Church in Indonesia (GKI-Sumut).
3. Pdt. Anggapen Ginting Suka dari Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).
4. Pdt. Ros Telambanua dari Gereja Nias Kristen Protestan (BNKP)
5. Pdt. A. Wilmar Saragih dari Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS).
6. Pdt. S.P. Dasuha dari GKPS
Adapun keputusan penting yang diambil lewat pertemuan di atas adalah keempat gereja sepakat untuk mendirikan Yayasan Pendidikan Petugas Gereja dengan tujuan untuk menyelenggarakan sekolah untuk mendidik petugas dan calon petugas gereja.
Pada hari Jumat, 16 Agustus l967 dilakukan penandatanganan akta pendirian Yayasan di depan notaris. Keempat gereja diwakili oleh:
1. Pdt. Anggapen Ginting Suka dari GBKP
2. Pdt. Lesman Purba dari GKPS
3. Pdt. Sep Purnahadikawahyo dari GKI-Sumut
4. Pdt. Baziduhu Larosa dari BNKP

Dalam rangka untuk semakin meningkatkan dan merelevankan kehadirannya, sekolah ini ditingkatkan menjadi Institut Teologi Abdi Sabda (ITAS) pada tahun 1983. Sejak tahun 1987 Yayasan Abdi Sabda menerima gereja lain sebagai gereja pendukung Yayasan ini.
Adapun gereja-gereja yang menjadi pendiri dan pendukung Yayasan Abdi Sabda sejak tahun 1987 adalah sebagai berikut:
1. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
2. Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)
3. Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara (GKI-Sumut)
4. Banua Niha Keriso Protestan (BNKP)
5. Huria Kristen Indonesia (HKI)
6. Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA).
7. Pada tahun 2006 Yayasan Abdi Sabda maju selangkah lagi dengan menerima Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) menjadi anggota pendukung.
Dengan demikian bertambahlah gereja pendiri dan pendukung dari enam gereja menjadi tujuh gereja yaitu: GBKP, GKPS, BNKP, GKI Sumut, HKI, GKPA, dan GKPI.
Pada tahun yang sama (2006) dalam statutanya, STT Abdi Sabda menuangkan visinya sebagai berikut: menjadi Sekolah Tinggi Teologi yang terbaik di Indonesia khususnya di bidang pastoral konseling/teologi.

Usaha Yayasan
Untuk mencapai tujuannya, Yayasan ini telah/sedang menyelenggarakan sekolah sebagai berikut:
1. 1968 - 1976 menyelenggarakan Sekolah Guru Injil (SGI) dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG).
2. 1983 - sekarang melalui STT Abdi Sabda membuka fakultas PAK
3. 1984 - sekarang membuka fakultas Theologia
4. 1997 - sekarang membuka program paska sarjana untuk program M.Th, M.Div, dan M.Min

Sejak Berdirinya STT Abdi Sabda dipimpin oleh rektor/ketua di bawah ini:

A.Rektor:
1. Pdt. Johanes Pengarapen Sibero, MTh (alm) (1983-1988)
2. Pdt. Mika Damanik (alm) (1988-1990)
3. Pdt Ruben Bangun, MTh (1990-1992)
4. Pdt. Mika Damanik (alm) (1992-1994)
5. Pdt. Berlian Saragih, M.Litt (1994-1996)
6. Pdt. Anggapen Ginting Suka, DPS (1996-1998)

B.Ketua:
1. Pdt. Edison Munthe D.Min (1998-2000)
2. Pdt. Efrata Tarigan STh, M.Si (alm) (2000 - 2002)
3. Pdt. Thomas Johanis Nanulaitta, MT.h (2002-2004)
4. Pdt. Jaharianson Saragih STh, MSc, Ph.D (2004-2007)
5. Pdt. Dr. Jontor Situmorang, M.Th (2007-2010)

Sebagai lembaga pendidikan yang oikumenis, STT Abdi Sabda sampai tahun 2007 telah menamatkan mahasiswa jurusan :
1. Sarjana Theologi (STh) sebanyak 509 orang, dengan perincian sebagai berikut :
a. Dari Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) :146 orang
b. Dari Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) :126 orang
c. Dari Huria Kristen Indonesia (HKI) :109 orang
d. Dari Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) : 42 orang
e. Dari Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) : 32 orang.
f. Dari Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara (GKI SU) : 17 orang
g. Dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) : 14 orang
h. Dari Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) : 8 orang
i. Dari Gereja Metodis Indonesia (GMI) : 6 orang
j. Dari Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) : 5 orang
k. Dari AFG : 1 orang
l. Dari Gereja Kristen Pulau Mentawai (GKPM) : 1 orang
m. Dari Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB) : 2 orang
2. Sarjana PAK (S.PAK) : 777 orang
3. Diploma III (D3) PAK : 294 orang
4. Diploma II (D2) PAK :1.161 orang
5. PWG : 20 orang
6. Pascasarjana sebanyak 47 orang diantaranya :
a. Magister Theologia (M.Th) : 31 orang
b. Magister Divinity (M.Div) : 2 orang
c. Magister Ministry (m.Min) : 14 orang
Jadi jumlah alumni STT Abdi Sabda Medan sampai tahun 2007 adalah sebanyak 2808 orang.
Lulusan di atas berasal dari berbagai gereja yaitu: GBKP, GKPS, GKI-Sumut, BNKP, HKI, GKPA, GKPI, HKBP, GPIB, GKPPD, GPDI, GPI, GKPM, ONKP, AFG, GMI, GKPPD, GPP, GMI, dan lain-lain.
Sejak tahun 1988 STT Abdi Sabda telah menyelenggarakan ujian Negara baik untuk jurusan PAK dan Theologia tahun 1998.
Sebagai lembaga pendidikan Theologi STT Abdi SAbda adalah anggota Persetia (Perhimpunan Sekolah Tinggi Teologia) dan ATESEA (Association of Theological Education in South East Asia). Disamping itu STT Abdi Sabda juga menjalin kerjasama dengan mitra dalam negeri seperti Departemen Agama, Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), BKAG, Gereja-Geeja di Indonesia, dan juga dengan mitra di luar negeri seperti: Lutheran World Federation (LWF)-Geneva, Norwegian Lutheran Mission (NLM), Lutheran Church of Australia (LCA), Overseas Mission Fellowship (OMF), Evangelical Lutheran Church in America (ELCA), World Church of Council (WCC)-Geneva, CCA-Chiang May, Presbyterian Church di Skotlandia dan Korea Selatan, Gereja Anglikan di Inggris, United in Mission (UIM) –Wuppertal, dan lain-lain.
STT Abdi Sabda juga aktip dalam pengabdian masyarakat. sejak tahun 1991 STT Abdi Sabda aktip melayani di LP Anak Klas 1-A dan sejak tahun 1995 di Rutan keduanya di Tanjung Gusta Medan. Disamping itu juga aktip terlibat dalam memberikan bantuan bagi bencana tsunami Nias dan Aceh. Saat ini STT Abdi Sabda juga aktip menyalurkan beasiswa untuk penduduk sekitar lingkungan kampus yang berpendidikan kelas 4 SD – SMP dari keluarga yang tidak mampu sebanyak 40 orang.
Status Akreditasi STT Abdi Sabda, sampai saat ini status akreditasi STT Abdi Sabda adalah sebagai berikut:
1. Status diakui oleh Keputusan Dirjen Bimas Kristen Depag RI No: DJ.III/Kep/HK.00.5/101/2441/2004 untuk program S1 PAK dan Teologi.
2. Status terakreditasi oleh keputusan Dirjen Bimas Kristen Depag RI No. DJ.III/ Kep/ HK.00.5/ 246/2576/2005 untuk program pascasarjana Stratum Dua (S2) program studi teologi.
Status terakreditasi oleh The Association for Theological Education in South East Asia (ATESEA) untuk program Sarjana Theology dan Master Divinity tahun 2007.
Program Studi STT ABDI SABDA:
No Program Studi Jenjang Ketua Jurusan
1 TEOLOGIA S1 . Pdt. Thomas Johanis Nanulaitta, M.Th
2 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SI
DIII
. Pdt. Agus Jetron Saragih, M.Th
3 PASCA SARJANA TEOLOGIA S2 Pdt. Dr. Batara Sihombing,M.Th
Dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, kampus STT ABDI SABDA MEDAN telah menyiapkan beberapa fasilitas:
• Jaringan komputer yang baik dan beberapa titik akses point guna menunjang kegiatan mahasiswa dalam mencari informasi melalui Internet
• Perpustakaan
• Gedung ber-AC
• Parkiran yang luas dan aman
• Mendukung kegiatan extrakulikuler buat mahasiswa,
Peranan AMIK MBP
Sekolah Tinggi Teologia Abdi Sabda adalah lembaga pendidikan gerejani yang bertujuan untuk mendidik para calon pelayan dan pengajar Sehingga disiplin dan tata tertib yang berdasarkan kasih, sangatlah diperlukan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lembaga pendidikan ini baik di dalam maupun di luar kampus. Keutuhan citra dan reputasi STT Abdi Sabda sebagai lembaga pendidikan ditanggungjawabi oleh Pimpinan STT Abdi Sabda.
Seorang mahasiswa dituntut untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya selama ia studi, sebagai jawaban atas panggilannya sebagai mahasiswa. Oleh karena itu seharusnya mahasiswa menggunakan talenta dan segala potensinya secara maksimal dalam belajar. STT Abdi Sabda terpanggil untuk mempersiapkan para mahasiswa secara akademis. Untuk menunjang hal ini, sejak awal para mahasiswa baru dipersiapkan dan dibekali melalui kegiatan “Pengarahan Akademis Mahasiswa”. Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa-mahasiswi baru termasuk mahasiswa-mahasiswi yang transfer yang belum diarahkan secara akademis sejak awalnya di perguruan tinggi yang ditinggalkannya. Sebagai tindak lanjut usaha untuk membimbing mahasiswa secara akademis, STT Abdi Sabda mengangkat dosen-dosen Penasehat Akademik bagi paramahasiswa. Untuk memperlancar pelaksanaan pembimbingan, mahasiswa-mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok untuk dibimbing oleh dosen Pembimbing Akademis. Bagi mahasiswa diadakan bimbingan studi secara reguler mulai dari awal semester. Mahasiswa wajib mengikuti bimbingan ini. Salah satu implementasi bimbingan akademis di tiap semester adalah perencanaan dan pembicaraan tentang pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) dan Kartu Hasil Studi (KHS). Dalam proses belajar mahasiswa diharuskan mengikuti prosedur akademis yang ditentukan oleh bidang akademis STT Abdi Sabda dan mematuhi prosedur belajar mengajar seperti: tiba di lokal tepat waktu, tidak diperkenankan merokok dalam ruangan, disekitar ruangan kelas dan disekitar ruangan kantor. Dalam mengerjakan ujian dan tugas-tugas mahasiswa harus menjunjung nilai-nilai kejujuran serta menjauhkan usaha penjiplakan.
Setiap mahasiswa wajib memperlihatkan displin diri yang tertib di dalam kehidupan akademis maupun kehidupan sehari-hari. Seluruh mahasiswa bertanggungjawab terhadap keamanan, ketertiban dan ketentraman kampus. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan di bawah akan dikenakan sanksi oleh Pimpinan STT Abdi Sabda, berupa: peringatan pertama s/d ketiga, skorsing dan pemecatan atas keputusan rapat Pimpinan STT Abdi Sabda
STT Abdi Sabda sebagai lembaga perguruan tinggi terpanggil untuk melayani masyarakat dan memelihara kehidupan bermasyarakat agar rukun dan damai sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sehingga mahasiswa sebagai bagian dari STT Abdi Sabda berkewajiban untuk menjaga dan memelihara nama baik STT Abdi Sabda di masyarakat, menjalin kerjasama, dan memelihara kehidupan yang harmonis..
VISI
Menjadi Lembaga Pendikan Terbaik pada bidang teologia
MISI
- untuk mendidik para calon pelayan dan pengajar Sehingga disiplin dan tata tertib yang berdasarkan kasih, sangatlah diperlukan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lembaga pendidikan ini baik di dalam maupun di luar kampus

Tujuan
Adapun Tujuan dari Perguruan Tinggi STT ABDI SABDA MEDAN adalah sebagai berikut :
o Menghasilkan lulusan berkualitas yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang informatika, serta dapat bersaing ketingkat nasional maupun internasional berdasarkan moral agama.
o Mewujudkan kemandirian pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi Yang dapat adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap perkembangan lingkungan strategis.
3.2. Koleksi
Koleksi merupakan unsur penting didirikannya sebuah perpustakaan selain gedung. Dengan adanya koleksi perpustakaan, maka fungsi dari perpustakaan dapat berjalan sacara efektif. Koleksi perpustakaan STT ABDI SABDA terdiri dari buku teks, koleksi deposit dan koleksi referensi. Koleksi referensi hanya dapat dibaca di ruangan perpustakaan saja.
Perpustakaan STT ABDI SABDAmenyediakan berbagai koleksi agar mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Jumlah koleksi perpustakaan tersebut adalah 15.038 eksemplar. Koleksi yang ada pada perpustakaan STT ABDI SABDA terdiri dari:
• buku teks bidang ilmu pengetahuan bidang agama kristen
• koleksi referensi seperti kamus, ensiklopedia, peta, globe, dan buku tahunan
• koleksi deposit seperti tugas akhir dari mahasiswa
3.3 Pelayanan Perpustakaan STT ABDI SABDA MEDAN
Pengguna perpustakaan akan merasa nyaman dalam melakukan kegiatan perpustakaan jika layanan yang diberikan dapat memuaskan pengguna. Kegiatan pelayanan perpustakaan STT ABDI SABDA yang dilakukan di bagi atas dua macam, yaitu kegiatan layanan teknis dan kegiatan layanan pengguna.
3.3.1 Pelayanan Teknis
Pelayanan teknis dilakukan meliputi kegiatan pengadaan, inventarisasi, pengolahan dan pemeliharaan.
a. Pengadaan
Kegiatan pengadaan koleksi perpustakaan dilakukan dengan dua cara:
1. pembelian
Pembelian buku dilakukan oleh petugas perpustakaan dan institusi dengan menggunakan dana anggaran rutin yang telah ditetapkan. Buku-buku yang dibutuhkan langsung dibeli di toko buku. Buku-buku yang dibeli perpustakaan disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh STT ABDI SABDA
2.Sumbangan
Selain diperoleh dari pembelian, koleksi buku perpustakaan STT ABDI SABDA sebagian berasal dari hasil sumbangan para dosen dan mahasiswa. Setiap mahasiswa wajib menyerahkan satu hasil dari kertas karya atau tuga akhir yang telah di buat.
b. Inventarisasi
Langkah awal yang dilakukan perpustakaan STT ABDI SABDA sebelum mengolah bahan koleksi yang berasal dari pembelian dan sumbangan adalah menginventarisasikan koleksi perpustakaan tersebut. Hal ini bertujuan agar perpustakaan dapat mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki.
3.3.2 Pelayanan Pengguna
Dalam melayani pengguna, perpustakaan STT ABDI SABDA memakai sistem perpustakaan terbuka (opened access). Sistem pelayanan terbuka (opened access) ini merupakan sistem dimana pengunjung perpustakaan diperbolehkan untuk mencari sendiri koleksi yang dibutuhkan dengan bebas.
Pelayanan sirkulasi
Kegiatan pelayanan sirkulasi meliputi kegiatan pendaftaran anggota pepustakaan, peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan koleksi. Pengguna dapat meminjam koleksi perpustakaan jika sudah terdaftar menjadi anggota perpustakaan. Waktu pinjam koleksi perpustakaan hanya 1 minggu dan jika terlambat mengembalikan buku tersebut akan dikenakan denda sebanyak Rp 500 per hari. Koleksi perpustakaan STT ABDI SABDA selain dapat dibaca di ruang perpustakaan juga dapat dibawa pulang atau dipinjam.. Dan untuk koleksi yang rusak atau hilang, pengguna diwajibkan mengganti buku tersebut dengan judul yang sama atau membayar sebesar harga buku itu.
Hal tersebut dimaksudkan agar para pengguna perpustakaan dapat disiplin dalam menggunakan bahan pustaka. Karena dengan koleksi yang terbatas, pengguna perpustakaan diharapkan dapat bekerjasama dalam memajukan perpustakaannya dengan memberikan kesempatan kepada pengguna yang lain untuk dapat meminjam bahan pustaka yang sama. Dengan demikian, walaupun perpustakaan yang memiliki tidak terlalu besar.
Pelayanan Referensi
Pelayanan referensi yang diberikan berupa bantuan penelusuran koleksi referensi dan penjelasan mengenai fasilitas yang dimiliki perpustakaan. Koleksi referensi yang dimiliki perpustakaan STT ABDI SABDA adalah ensiklopedia, kamus (dalam berbagai bahasa), undang-undang dan karya ilmiahWaktu Pelayanan
Waktu pelayanan perpustakaan dibuka setiap hari dengan rincian jam buka sebagai berikut:
- Senin- Jumat : 09.00-18.00 Wib
- Sabtu : 09.00- 15.00 Wib
- jam istirahat : 13.00-14.00 Wib
3.4 Pengatalogan Buku
Pengguan dapat dengan mudah dan jelas memperolah informasi mengenai buku yang dibutuhkan, jika koleksi yang dimiliki diolah terlebih dahulu. Pengolahan buku pada Perpustakaan STT ABDI SABDA dilakukan melalui beberapa tahap sampai buku tersebut siap dilayangkan kepada para pengguna, sebelum diolah atau belum. Jika buku tersebut sudah pernah diolah, tidak perlu diolah lagi hanya dibuatkan label nomor panggil buku, kartu dan kantong kartu buku, serta slip tanggal kembali buku. Tetapi jika buku tersebut belum pernah diolah, maka petugas perlu membuat konsep katalognya terlebih dahulu, lalu menentukan nomor klasnya.
Sebelum membuat konsep katalog buku, terlebih dahulu petugas perpustakaan melihat katalog dalam terbitan (KDT) yang ada pada buku. Jika pada buku terdapat katalog dalam terbitan, maka petugas hanya mengetik katalog dalam terbitan tersebut pada kartu katalog. Tetapi jika buku yang akan diolah tidak memiliki katalog dalam terbitan, petugas perpustakaan harus membuat konsep katalognya terlebih dahulu lalu setelah konsepnya selesai dapat diketikkan pada kartu katalog. .

Katalogisasi
katalogisasi merupakan proses pembuatan kartu katalog. Katalog berfungsi sebagai sarana yang disediakan perpustakaan untuk menemukan buku yang dubutuhkan oleh pengguna dengan mudah. Pembuatan kartu katalog tersebut diketik secara manual.
Dalam pembuatan kartu katalog manual ada beberapa langkah yang harus diperhatikan agar kartu katalog tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan kartu katalog dapat dilihat sebagai berikut:
a. Langkah pertama, menentukan pengarang yang menjadi tajuk entri utama
b. Langkah kedua, membuat deskripsi bibliografi
c. Langkah ketiga, menentukan subjek
d. Langkah ke empat, membuat nomor kelas buku
Keempat langkah tersebut merupakan konsep katalog yang dikerjakan pada kertas buram atau temporary slip (T-slip). Setelah konsep katalog selesai dibuat dan diperiksa, kemudian konsep tersebut diketik pada kartu katalog yang terbuat dari kertas karton dengan ukuran 7,5 x 12,5 cm.
Penentuan tajuk subjek
Proses penentuan tajuk subjek pada perpustakaan AMIK MBP dilakukan berdasarkan katalog dalam terbitan (KDT) yang terdapat dalam halaman balik dari halaman judul buku. Jika buku tersebut tidak memiliki KDT, maka petugas menentukan sendiri subjek buku dengan membaca isi buku secara keseluruhan.
Klasifikasi
Klasifikasi merupakan proses pemberian nomor panggil atau notasi buku. Proses klasifikasi buku yang dilakukan oleh perpustakaan STT ABDI SABDA sangat sederhana, karena buku-buku yang diklasifikasikan tidak mencakup semua bidang ilmu seperti yang terdapat pada perpustakaan yang besar. Buku-buku yang dilkasifikasikan terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan umum,agama kristen . Ada beberapa pedoman yang dijadikan petugas sebagai acuan dalam mengklasifikasikan buku seperti Pengantar Persepuluhan Dewey.
Pelabelan (labeling)
Proses pelabelan (labeling) merupakan kegiatan pembuatan kelengkapan fisik buku yang meliputi pemberian pemberian label nomor panggil buku, kartu buku, kantong buku, lembar tanggal kembali buku, serta penyampulan buku. Pelabelan buku dilakukan setelah proses katalogisasi dan klasifikasi buku selesai.
Proses pelabelan buku yang dilakukan perpustakaan STT ABDI SABDA dapat dilihat sebagai berikut:
1. buku-buku yang telah dikatalog, diberi label nomor panggil buku dan kemudian label tersebut ditempelkan pada punggung buku dengan jarak 3 cm dari tepi bawah punggung buku
2. pembuatan kartu dan kantong buku yang berisi judul buku, pengarang, dan nomor panggil buku. Kantong buku ditempel pada halaman akhir belakang buku dan kartu buku dimasukkan ke dalam kantong buku.
3. Menempelkan lembar slip tanda kembali buku pada halaman belakang bersebelahan dengan kartu buku
4. Menyampul buku agar buku terhindar dari kotor dan kerusakan. Penyampulan buku ini dilakukan untuk merawat buku agar buku dapat bertahan lebih lama.


Penjajaran Kartu Katalog
Kartu-kartu katalog yang telah selesai diketik disusun dengan rapi dan teratur pada laci katalog yang telah tersedia. Hal tersebut dilakukan agar kartu-kartu katalog tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pengguna.
Penyusunan Buku di Rak
Kegiatan terakhir yang dilakukan pada pengolahan buku perpustakaan STT ABDI SABDA adalah penyusunan buku di rak. Buku-buku yang telah selesai diberi kelengkapan fisik, kemudian disusun pada rak buku yang telah disediakan. Buku –buku tesebut disusun dan dikelompokkan berdasarkan subjek dan nomor panggil buku, sesuai dengan nomor klasifikasi yang ada pada DDC.
Penyusunan buku-buku tersebut dimulai dari nomor klas terkecil sampai nomor klas yang terbesar, yaitu dari nomor klas 000, nomor klas 100, dan seterusnya sampai nomor klas 900. untuk koleksi yang tidak diolah seperti karya ilmiah, disusun menurut tahun terbitnya.
Penyususunan buku di rak perlu diperhatikan dan dilakukan dengan teliti, agar tidak terjadi kesalahan penempatan nomor klas buku. Jika buku tidak ditempatkan sesuai dengan nomor kelasnya, maka buku tersebut akan sulit ditemukan oleh pengguna yang membutuhkannya. Dengan adanya penyusunan buku yang benar pada rak buku dapat mempermudah pengguna dalam menemukan koleksi buku yang dibutuhkan.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas sebelumnya, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Mahasiswa yang menjadi anggota perpustakaan tidak mempunyai minat baca yang tinggi untuk berkunjung ke perpustakaan karena kurang ramahnya pegawai perpustakaan tersebut
2. Tenaga perpustakaan STT ABDI SABDA tidak semuanya mendapat pendidikan formal mengenai ilmu perpustakaann adapun Cuma 1 orang saja dan itu juga masih tergolong baru
3. Koleksi buku yang dimiliki perpustakaan STT ABDI SABDA telah diolah sebelum dilayangkan kepada pengguna
4. Koleksi perpustakaan STT ABDI SABDA terdiri dari koleksi buku teks, koleksi deposit dan koleksi referensi
5. Pengatalogan koleksi perpustakaan STT ABDI SABDA masih manual sehingga pengguna sulit menemukan informasi yang dibutuhkan
Saran
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis pada perpustakaan STT ABDI SABDA maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :
1. dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini, sebaiknya pengatalogan buku yang ada pada perpustakaan STT ABDI SABDA dilakukan dengan cara online atau dengan menggunakan OPAC supaya pengguna dapat dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan
2. tenaga perpustakaan hendaknya mendapat pendidikan formal mengenai ilmu perpustakaan agar dapat mengolah dan mengembangkan perpustakaan dengan baik
3. tenaga perpustakaan STT ABDI SABDA hendaknya mempunyai sifat yang ramah terhadap pengguna perpustakaan agar pengguna dapat merasakan kepuasan ketika berkunjung ke perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi Buku Pedoman. Jakarta
Hamakonda, Towa P. 2002. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia
Hasugian, Jonner.2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan. Medan : USU Press
Soetminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakaan, dan Pustakawan. Yogyakarta : Kanisius
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sumardji, P. 1988. Perpustakaan : Organisasi dan tata kerjanya. Yogyakarta : Kanisius
OBSERVASI LANGSUNG KE: KAMPUS STT ABDI SABDA JL BINJAIKM 10.8 MEDAN (20352)

Tidak ada komentar: