Kamis, 13 Agustus 2009

Ndus-ndus, Cara Hidung Mendeteksi Bau


Indera penciuman alias hidung ternyata bisa menjadi detektor alami hingga dapat mengetahui hal-hal buruk yang akan terjadi.

Para peneliti dari Northwestern University baru-baru ini berhasil membuktikan koneksi yang mengejutkan ini. Caranya dengan memberi kejutan elektrik pada sukarelawan sementara mereka menghirup bau-bauan dari benda-benda berbahaya.

Ternyata berdasarkan tes penciuman tersebut, para sukarelawan dapat mendeteksi 70 persen bau-bauan yang ganjil dan aneh.

MRI scan menunjukkan bahwa kejadian tersebut tidak hanya kebetulan semata. Terdapat perubahan tentang bagaimana otak menyimpan informasi bau-bauan. Dengan kata lain, sepertinya otak memiliki mekanisme menghirup sebuah 'ancaman'.

Dilansir dari health24, Jumat (17/7/2009) disebutkan hidung memiliki kemampuan berkomunikasi seperti halnya hewan yang umumnya berkomunikasi melalui penciumannya.

Beberapa studi menunjukkan ini karena manusia mampu memproduksi dan mengetahui feromon, sebuah molekul yang dikeluarkan oleh kelenjar kulit.

Bau-bauan yang dicium hidung Anda juga dapat membawa memori yang pernah dialami dan mempengaruhi emosi serta pikiran.

Jadi jangan heran ketika mencium aroma kayu manis, memori Anda teringat tentang nenek Anda, atau aroma bensin memutar ingatan dan trauma pada kecelakaan yang pernah Anda alami.

Hidung memang detektor yang alami, jadi jangan abaikan bau-bauan yang diciumnya.
Indera penciuman alias hidung ternyata bisa menjadi detektor alami hingga dapat mengetahui hal-hal buruk yang akan terjadi.

Para peneliti dari Northwestern University baru-baru ini berhasil membuktikan koneksi yang mengejutkan ini. Caranya dengan memberi kejutan elektrik pada sukarelawan sementara mereka menghirup bau-bauan dari benda-benda berbahaya.

Ternyata berdasarkan tes penciuman tersebut, para sukarelawan dapat mendeteksi 70 persen bau-bauan yang ganjil dan aneh.

MRI scan menunjukkan bahwa kejadian tersebut tidak hanya kebetulan semata. Terdapat perubahan tentang bagaimana otak menyimpan informasi bau-bauan. Dengan kata lain, sepertinya otak memiliki mekanisme menghirup sebuah ‘ancaman’.

Dilansir dari health24, Jumat (17/7/2009) disebutkan hidung memiliki kemampuan berkomunikasi seperti halnya hewan yang umumnya berkomunikasi melalui penciumannya.

Beberapa studi menunjukkan ini karena manusia mampu memproduksi dan mengetahui feromon, sebuah molekul yang dikeluarkan oleh kelenjar kulit.

Bau-bauan yang dicium hidung Anda juga dapat membawa memori yang pernah dialami dan mempengaruhi emosi serta pikiran.

Jadi jangan heran ketika mencium aroma kayu manis, memori Anda teringat tentang nenek Anda, atau aroma bensin memutar ingatan dan trauma pada kecelakaan yang pernah Anda alami.
Hidung manusia bekerja mengikuti sesuatu yang berbau disekitarnya, sama seperti halnya mata yang memberi informasi dengan penglihatan dan telinga melalui suara. Lalu bagaimana hidung manusia bisa mencium sesuatu?

Hidung memiliki dua lubang yang disebut dengan nostrils. Lubang hidung dan saluran hidung dipisahkan oleh dinding yang disebut dengan septum. Bagian hidung yang lebih dalam lagi mendekati tengkorak, septumnya terbuat dari tulang yang sangat tipis.

Bagian yang dekat dengan hidung septumnya terbuat dari cartilage, merupakan bahan fleksibel yang lebih keras dibandingkan kulit dan otot tapi tidak sekeras tulang. Jika memencet bagian ujung hidung akan merasa seperti bergoyang-goyang.

Dibalik hidung ada tempat yang disebut dengan rongga hidung yang berhubungan dengan tenggorokan belakang. Rongga hidung ini dipisahkan dari bagian dalam mulut dengan palate (langit-langit mulut).

Bagian atas dari rongga hidung yang disebut dengan olfactory epithelium yang memberikan daya cipta atau imajinasi terhadap sesuatu dengan penciuman. Olfactory epithelium memiliki reseptor khusus yang sensitif terhadap molekul bau yang bergerak melalui udara, seperti dikutip dari Kidshealth, Kamis (13/8/2009).

Reseptor ini sangat kecil dan jumlahnya kurang lebih 10 juta di dalam hidung. Terdapat ratusan reseptor bau yang berbeda, masing-masing untuk kemampuan terhadap molekul bau tertentu. Peneliti menunjukkan bahwa bau bisa menstimulasi beberapa reseptor jenis yang berbeda sekaligus. Selanjutnya otak akan menginterpretasikan kombinasi reseptor untuk bisa mengenali salah satu dari sekitar 10.000 bau yang berbeda.

Ketika reseptor bau distimulasi, sinyal bekerja dari saraf olfactory ke olfactory bulb yang letaknya di bawah bagian depan otak dan diatas rongga hidung. Sinyal lalu dikirim ke bagian lain di otak yang bisa menginterpretasikan bau yang sudah dikenal.

Bau yang teridentifikasi merupakan cara otak untuk memberitahu mengenai lingkungan sekitarnya. Seperti saat mencium bau roti bakar, maka secara cepat otak akan menginterpretasikannya dan manusia akan mengecek roti bakarnya.

Kebanyakan orang hanya berpikir mengenai lidah ketika membicarakan tentang rasa. Tapi rasa tidak akan berarti apa-apa tanpa bantuan dari hidung. Kemampuan idera penciuman dan perasa akan bekerja sama karena bau dari makanan akan menuntun orang untuk mencicipinya. Jadi, jangan pernah remehkan kemampuan hidung Anda.

Tidak ada komentar: