Kamis, 06 Agustus 2009

Waspadai Gangguan Pendengaran Jika Anak Terlalu Pendiam


Jangan senang dulu jika melihat anak yang selalu bersikap manis atau jarang berkelahi dengan teman-temannya karena bisa jadi si anak menderita gangguan pendengaran.

Kondisi yang terjadi anyak orang tua yang tidak menyadari keganjilan tersebut sehingga terlambat menangani anak tuna rungu. Tapi anak tunarungu bukanlah suatu aib dan juga bukan akhir dari segalanya, banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk membantunya.

"Orang tua harus cermat dalam mengasuh anak. Jika anak 2 tahun jarang bicara atau diam saja bila diledek teman-temannya, orang tua malah menganggapnya sebagai anak yang manis dan tidak nakal. Padahal seharusnya orang tua curiga dan segera mencari tahu keganjilan itu," ujar audiologist dan pakar pendidikan anak tunarungu PABD Melawai, Drs. Anton Subarto, Dipl Aud.

Hal itu diungkapkan Anton dalam acara 'Bantuan 100 Alat Bantu Dengar' kepada para tunarungu di gedung optik Melawai, Salemba, Jakarta, Kamis (6/8/2009). Dalam acara yang diselenggarakan atas kerjasama optik Melawai, Siemens dan Federasi Nasional Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (FNKRTI), sebanyak 100 orang tunarungu mendapatkan alat bantu pendengaran secara gratis untuk menunjang kegiatan mereka sehari-hari agar tetap dapat meraih sukses.

Menurut ketua FKNKTRI, Drs Totok Bintoro M.Pd, terdapat 27,5 persen tunarungu di Indonesia dan 1,5 persennya sudah menjadi tunarungu sejak lahir.

Jika orang tua sudah merasakan keganjilan dan kecurigaan pada anaknya, disarankan agar segera membawa ke dokter THT atau pusat alat bantu pendengaran. Hal itu harus dilakukan sedini mungkin agar orang tua bisa langsung mengambil tindakan dan anak tidak terlalu lama tersiksa.

Anton menambahkan, hal pertama yang paling penting dilakukan orang tua ketika anaknya divonis tunarungu adalah sikap menerima. "Orang tua harus bisa menerima, karena banyak diantara mereka yang tidak percaya dan berkata 'mengapa harus anak saya yang kena?" ucap Anton.

Tugas orang tua pasti lebih berat jika anaknya memiliki ganguan pendengaran, karena anak akan sulit berkomunikasi. Oleh karena itu, Anton mengingatkan para orang tua agar menanamkan pendidikan khusus untuk anak mereka mulai dari rumah.

"Orang tua harus mengembangkan bahasa lisan dan anak harus sering diajak bercakap-cakap karena anak tunarungu belajar berbicara dari gerakan bibir dan mimik muka, itu yang dinamakan maternal reflektif method atau metode percakapan ibu reflektif," jelas Anton.

Anton mengatakan, seorang anak kemungkinan terlahir tunarungu jika pada saat hamil sang ibu terkena virus TORCH, rubella (campak), herpes, sifilis. Bayi yang terlahir prematur, kurang oksigen, atau bayi yang tidak diharapkan karena berasal dari hubungan terlarang pun berisiko menjadi tunarungu.

Anton pun menegaskan bahwa tunarungu yang termasuk kategori tuli saraf tidak bisa disembuhkan, namun bagi mereka yang tidak bisa mendengar akibat terinfeksi virus ada kemungkinan bisa disembuhkan.

Tidak ada komentar: