Jumat, 10 Juli 2009

Inisiasi Menyusu Dini yang Menakjubkan



Jakarta, Bayi yang baru keluar dari rahimnya ibunya kemudian merangkak di dada sang ibu dengan susah payah untuk mencari air minum dari puting ibu merupakan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Siapa pun akan terharu melihat bayi yang baru berumur beberapa menit akhirnya berhasil mendapatkan puting ibu untuk menyusui.

Ya, banyak sekali manfaat yang didapatkan dari kegiatan IMD ini, baik untuk si ibu maupun sang buah hati. Bagi calon ibu yang akan melahirkan, segera rencanakan dan cari dokter yang siap melaksanakan 'Early Initiation Of Breastfeeding' agar bisa melihat momen-momen pertama si bayi yang sungguh menakjubkan.

Dr. Utami Roesli, SpA., IBCLC, FABM yang merupakan pelopor IMD, menekankan betapa pentingnya seorang ibu melakukan IMD demi mengoptimalkan tumbuh kembang anak serta menurunkan angka kematian bayi dan balita.

Melakukan IMD segera setelah bayi lahir (setidaknya 1 jam) dapat menyelamatkan 22% kasus kematian bayi. Meskipun Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara luar, terutama Skandinavia yang sudah melancarkan program tersebut pada tahun 1987, namun pada tahun 2006 program ini mulai dipromosikan dengan gencar di Indonesia oleh Dr. Utami.

"Dahulu, pengertian 'menyusu dini' masih salah dinterpretasikan oleh masyarakat dan kalangan dokter, dimana si bayi dipaksa mendapatkan ASI dari puting ibunya segera setelah melahirkan. Padahal yang benar adalah bayi diberi kesempatan menyusu atau mencari puting susu dengan cara merangkak di dada si ibu," jelasnya disela-sela acara peringatan hari ulang tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ke-55 pada 21 Juni 2009.

Setiap gerakan yang dilakukan bayi sebelum menyusu punya maksudnya dan semua itu sudah dirancang sedemikian rupa oleh yang Maha Kuasa.

"Jika kita ingin melihat keajaiban Tuhan yang paling sederhana dan paling awal dalam perjalanan hidup manusia, perhatikanlah apa yang dilakukan oleh seorang bayi pada saat ia mencari puting susu ibunya", ujar Dr. Utami yang juga merupakan ketua sentra laktasi Indonesia tersebut.

Terdapat 5 tahapan perilaku bayi sebelum menyusu, dimana setiap perilakunya mengandung makna yang sangat dalam.

- Tahap pertama, yaitu 30 menit pertama merupakan tahap istirahat bayi di perut atau dada ibunya, karena segera setelah lahir bayi belum siap untuk minum.

Sekali-kali ia akan melihat ibunya dan menyesuaikan dengan lingkungan. Ajaibnya, kulit ibu dapat berfungsi sebagai thermoregulator thermal synchron, artinya jika si bayi kedinginan, maka kulit ibu akan meningkat suhunya 2 derajat celcius, dan jika si bayi kedinginan, maka akan menurun satu derajat celcius.

- Tahap kedua, bayi akan mengeluarkan suara, gerakan menghisap dan memasukkan tangan ke mulutnya. Gerakan tersebut merupakan upaya si bayi untuk mengenali arah atau sumber puting berdasarkan indera penciumannya.

Bayi akan menjilati punggung tangannya karena bau ketuban yang masih terdapat di tangannya sama dengan bau pada payudara si ibu, sehingga ia akan bergerak ke arah bau tersebut berada.

- Tahap ketiga, sebelum si bayi mulai merangkak ke arah dada ibu, ia akan mengeluarkan air liur dulu. "Itu tandanya ia sudah mengenali bau puting si ibu, dan artinya makanan sudah dekat", ujar dokter anak senior di RS St Carolus Jakarta tersebut.

- Tahap keempat, setelah tahu darimana arah makanannya berasal, bayi pun akan mulai bergerak merangkak dan kakinya akan menekan perut ibu untuk bergerak ke arah payudara. Ternyata pula, hentakan kaki bayi di perut si ibu dapat mengurangi pendarahan di rahim.

- Tahap kelima, dari gerakan bayi adalah menjilat-jilati kulit ibu, menghentak kepala ke dada ibu, menemukan puting, menyentuh dengan tangannya, kemudian mengulum puting susu tersebut.

Ketika si bayi menjilati kulit si ibu, secara tidak langsung ia akan memasukkan bakteri-bakteri yang bermanfaat untuk ususnya, dan ketika ia menghentakkan kepala ke dada ibunya, ia melakukan massage yang akan melancarkan pengeluaran ASI dari payudara si ibu.

Dr. Utami menambahkan, jika si bayi sudah menemukan puting ibunya, biarkan paling tidak satu jam atau lebih sampai proses menyusu awal selesai. Bila dalam 1 jam si bayi belum menemukan puting, dekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. "Beri ia waktu 30 menit atau 1 jam lagi", ujarnya.

Namun serangkaian proses menakjubkan pada awal kehidupan manusia tersebut hanya dapat terjadi jika si ibu maupun bayi sama-sama dalam keadaan stabil, artinya ibu tidak mengalami pendarahan atau bayi tidak berwarna biru.

"Bayi yang memerlukan pengobatan segera setelah lahir serta dipisahkan dari ibunya tidak akan bisa melakukan IMD sama sekali, atau 100% tidak bisa menyusu," tuturnya.

Menurut dokter yang juga kakak kandung almarhum seniman Harry Roesli tersebut, yang paling penting setelah IMD selesai dilakukan adalah melakukan rawat-gabung bayi, artinya ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dan dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

Hal ini menurutnya akan memperkuat ikatan ibu dan anak, serta meningkatkan daya tahan tubuh si bayi. "Seorang bayi yang dipisahkan 6 jam saja dari ibunya, maka hormon stressnya akan meningkat 2 kali lipat karena adanya trauma pemisahan", ungkap dokter yang merekam seluruh proses kelahiran cucunya untuk sosialisasi IMD ke publik.

IMD dan ASI Bikin Anak Cerdas

Studi terbaru menunjukkan kombinasi yang efektif dari IMD dan ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan anak, sehingga para ibu pun saat ini mulai tertarik mengaplikasikannya.

"Anak yang diberi ASI lebih pandai dibanding mereka yang tidak diberi ASI. Mereka yang tidak mendapatkan ASI diketahui 15-20% sel-sel otaknya akan mati, sehingga mengurangi tingkat kecerdasannya," kata Dr. Utami.

Penelitian-penelitian yang dilakukan di Selandia Baru, Inggris, Denmark dan Amerika Serikat menjadi acuan dari Dr Utami, dokter yang selama ini gencar mempromosikan pentingnya IMD dan telah banyak mendapatkan penghargaan dalam pengembangan program ASI eksklusif tersebut.

Salah satu penelitian di Denmark menyebutkan bahwa terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ seseorang. Penelitian yang dilakukan terhadap 3.253 orang di Denmark tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang disusui kurang dari 1 bulan, tingkat IQ-nya 5 poin lebih rendah dari yag disusui setidaknya 7-9 bulan.

Beberapa fakta penelitian lainnya pun dibeberkan oleh Dr. Utami, diantaranya mereka yang diberi IMD dan ASI eksklusif akan 6-8 kali lebih jarang menderita kanker anak (leukemia, limphositik, neuroblastoma, lymphoma maligna); 16,7 kali lebih jarang terkena pneumonia, 16 kali lebih jarang dirawat di rumah sakit dan 40-50% risiko asma berkurang.

Adanya kolostrum pada ASI ibu yang baru melahirkan diduga merupakan faktor penyebab seorang anak dapat memiliki daya tahan tubuh dan kecerdasan yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak mendapatkan ASI. Seorang bayi yang baru lahir belum memiliki organ tubuh yang sempurna, salah satunya ususnya yang masih belum merekat dengan baik.

"Kolostrum yang masuk ke dalam tubuh bayi akan menutup lubang-lubang pada sel-sel usus bayi, sehingga ASI yang masuk tidak akan bercampur dengan darah yang mungkin dapat menyebabkan alergen. Selain itu, kolostrum juga dapat merangsang growth hormon yang baik untuk tumbuh kembang bayi," jelas dokter lulusan FK UNPAD Bandung tersebut.

Tapi lanjut Dr. Utami, bukan hanya mendapatkan 1-2 tetes kolostrum yang paling penting, melainkan kontak dengan ibunyalah yang lebih utama. "Kolostrum memang penting untuk sistem imun bayi, namun yang tak kalah penting adalah the whole skin to skin contact-nya," ujarnya.

Bahkan American Academic Breastfeeding Medicine menyatakan dalam 48 jam pertama kehidupan seorang bayi, sebenarnya tidak dibutuhkan cairan apapun. "Jadi tidak masalah jika ASI belum bisa keluar setelah melahirkan, karena kontak kulit dengan si ibu jauh lebih penting," katanya.

Dr. Utami menegaskan jika seorang ibu ingin merencanakan IMD dan ASI eksklusif, hal tersebut harus dibicarakan dengan suami dan juga dokter sebelum kelahiran, karena belum semua rumah sakit mempraktekkan IMD.

Bahkan ada kecenderungan sekarang ini rumah sakit membiarkan ibu terpisah dari anaknya, dimana bidan-bidan yang menangani kelahiran bayi justru menyarankan penggunaan susu formula hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. "Mereka-mereka itulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan mendzalimi ciptaan Tuhan," ucapnya.

Bayi yang sehat adalah bayi yang dekat dengan ibunya, tidak dipisahkan oleh kamar yang berbeda. "Tidak ada namanya merawat separo-separo. Kalau bisa, si ibu lah yang memandikan dan menyelimuti si bayi," tegas dokter yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah cukup senior.

Anak adalah harapan bagi setiap orang tuanya, oleh karena itu berikanlah makanan standar emas untuk buah hati Anda jika ingin menghasilkan anak generasi cerdas dan berkualitas. Makanan emas itu mulai dari IMD, ASI eksklusif 6 bulan, dan ASI hingga 2 tahun serta makanan pendamping ASI.

Tidak hanya ibu yang berperan penting dalam hal menyusui, namun sang ayah juga perlu mendampingi dengan penuh kasih sayang. "Bahkan di luar negeri, cuti menyusui pun diberikan untuk seorang ayah," ujarnya.(fah/ir)

Tidak ada komentar: