Rabu, 15 Juli 2009

Mata Tetap Sehat di Usia Emas



Mata adalah jendela menuju dunia. Itu sebabnya, kesehatan mata harus selalu dijaga agar tetap bisa menikmati keindahan dunia. Namun seiring dengan bertambahnya usia, fungsi alat penglihatan ini pun ikut menurun.

Nah, agar mata sehat di usia lanjut atau usia emas, bisa melakukan perawatan mata dari dalam, dengan mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung vitamin tertentu.

Mengapa kualitas indra penglihatan manusia sedikit demi sedikit mengalami penurunan? Salah satu penyebabnya adalah musuh bebuyutan sekaligus alami lensa mata, yakni sinar matahari.

Sel-sel lensa menghasilkan seperangkat protein yang dinamakan kristalin. Protein ini berfungsi sebagai serat optik, yang menyaring cahaya melalui lensa ke retina.

Unsur merah, biru, hijau, kuning, dan ultraviolet (UV) dapat menembus lensa transparan tersebut. Dari semua unsur-unsur tadi, UV bisa merusak lensa, sedangkan sinar biru berpotensi merusak retina yang tugasnya sebagai membran sensor pelapis mata serta penerima gambar-gambar bentukan lensa.

Ada pula hasil proses alami metabolisme, yakni radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan. Jika tidak dinetralisirkan oleh antioksidan, oksidasi yang terlalu lama berpeluang merusak lipid, dari sebelumnya transparan menjadi buram. Kekeruhan ini biasa disebut katarak.

Antioksidan adalah senyawa pada makanan yang membantu dipertahankannya sel dan jaringan pada lensa dan organ-organ sehat lainnya. Di dalam lensa mata, terkandung sejumlah besar vitamin C dan E, juga lutein dan zeaxanthine. Semakin menumpuk protein rusak, semakin keruh lensa mata.

Gizi yang protektif dan kaya antioksidan merupakan solusi termurah dan praktis untuk menghambat katarak. Apalagi jika dibandingkan dengan biaya masuk kamar operasi.

Wanita dengan konsumsi vitamin C dan E, riboflavin, betacaroten, lutein dan zeaxanthine tertinggi ternyata memiliki kecenderungan terkecil menderita katarak ketimbang wanita pengkonsumsi nutrisi rendah.

Pada usia diatas 55 tahun, degenerasi macular karena usia merupakan penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan. Hal ini terjadi karena rusaknya sel-sel dalam retina yang peka terhadap cahaya.

Fokusnya adalah bintik kuning (yellow spot) selebar 3 mm, disebut macular latea, letaknya di bagian belakang-tengah mata, yang membuat mata tetap bisa fokus, sehingga kita dapat membaca atau melihat sebuah foto.

Namun, pada mata yang 'tua', protein yang teroksidasi mulai menumpuk dan menimbulkan masalah. Untunglah di dalam mata terdapat dua jenis karoten, yakni lutein dan zeaxanthine, yang membantu melindungi mata dengan cara menyerap cahaya biru dan menetralisasi radikal bebas. Penderita degenerasi macular memiliki kadar zeaxanthine dan lutein lebih rendah ketimbang orang normal, sehingga fungsinya sebagai antioksidan pelindung tidak maksimal.

Sejalan dengan proyek AREDS (Agerelated Eye Disease Study) yang telah berlangsung selama tujuh tahun, para pakar biokimia nutrisi dalam penelitiannya paling tidak sudah menunjukkan, bahwa risiko degenerasi macular lantaran usia telah berkurang pada mereka yang mengkonsumsi vitamin C, E, beta-karoten, dan seng sedikitnya selama enam tahun. (Advetorial Indofarma).

Pemeriksaan kesehatan mata rutin minimal dua tahun sekali dapat membantu mencegah hilangnya penglihatan dan mendeteksi penyakit sistemik seperti diabetes. Sayang, banyak yang mengabaikannya.

Mata adalah jendela hati. Rasa sedih atau bahagia bisa berawal dari pandangan mata. Kita mengenal konsep indah, serasi, warna dan bentuk juga tak lepas dari peran indra penglihatan.

Sayangnya, kebanyakan orang tidak mengindahkan anjuran memeriksakan kesehatan mata secara rutin minimal enam bulan sekali.



Jangankan melakukan pemeriksaan mata sebagai langkah pencegahan, mereka yang sudah memiliki gangguan penglihatan pun acapkali malas untuk berkunjung ke dokter.

Hal ini juga terjadi di Amerika, seperti yang dilaporkan dalam sebuah survei terbaru di negara adidaya tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan American Optometric Association, orang yang memakai kacamata ataupun lensa kontak terbilang cukup banyak, yakni 81 persen dari keseluruhan populasi. Ironisnya, 1 dari 5 orang mengaku sudah lebih dari dua tahun tidak berkunjung ke dokter mata. Kondisi ini dapat memburuk, terutama pada mereka yang tidak menggunakan lensa pengoreksi (corrective lens), semisal pada masalah mata minus atau plus.

Pada kelompok ini, 3 dari 5 orang mengaku belum melakukan uji penglihatan selama lebih dari dua tahun. Para dokter meyakini hal tersebut disebabkan mayoritas gangguan penglihatan tampak tidak jelas dan karena orang umumnya tidak menjadwalkan kunjungan ke dokter mata sebagai sesuatu yang rutin. "Ya, mungkin kita sibuk. Sebagian besar dari kita mungkin memiliki penglihatan yang bagus sehingga kita merasa baik-baik saja, tidak ada masalah apa pun. Kenyamanan inilah yang kerap membuat kita terlalu berpuas diri," ungkap ahli mata dari the University of California di San Francisco, Amerika, Dr Andrew Iwach, yang juga bertindak selaku juru bicara American Academy of Ophthalmology.

Survei yang dilakukan American Academy of Ophthalmology kian menguatkan asumsi tersebut. Hanya 28 persen orang yang disurvei yang merasa bahwa dirinya memiliki risiko terkena penyakit mata tertentu, dan hanya 23 persen yang menaruh perhatian akan kekhawatiran kehilangan penglihatan. Ahli optometri dari Brainerd Minn, Dr Kerry Beebe, mengungkapkan, deteksi dini gangguan mata amatlah penting.

Pasalnya, manakala seseorang menyadari dirinya telah kehilangan penglihatannya, biasanya sudah terlambat untuk mengejar kesempatan mendapatkan pengobatan. Selama ini kebanyakan orang beralasan bahwa penglihatannya tidak bermasalah, mata tidak sakit dan terlihat baik-baik saja. "Mereka tidak menyadari bahwa banyak sekali penyakit mata yang tidak memunculkan gejala pada stadium awalnya," tandas Beebe yang juga seorang juru bicara di American Optometric Association. Sebagai contoh adalah kasus hilangnya penglihatan pada penderita glaukoma, suatu penyakit yang merusak saraf optik (saraf mata) dan mengakibatkan penyempitan lapang pandang. Umumnya penderita baru menyadari adanya blindspot (titik buta) saat kerusakan serabut saraf optik sudah parah. Bila seluruh serabut saraf rusak, kebutaan total tak terhindarkan.

"Bersamaan Anda menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal, sesungguhnya telah terjadi penurunan fungsi penglihatan yang nyata yang dapat mengarah pada hilangnya penglihatan," kata Iwach. "Namun jika kita sigap menanganinya lebih awal, banyak hal yang masih bisa diselamatkan," imbuhnya seraya mengungkapkan bahwa pemeriksaan oleh dokter mata dapat membantu mendeteksi kemungkinan terjadinya gangguan mata tersebut. "Mata adalah organ yang unik, di mana kami dapat melihat pembuluh darah, nadi dan saraf secara jelas, bahkan hingga ke bagian belakang mata dan saraf optik. Melalui pemeriksaan mata, kita juga dapat mengetahui kemungkinan adanya penyakit sistemik," tutur Iwach.

Ia mencontohkan, sejumlah gangguan mata dapat merupakan penanda awal dari diabetes. Dalam dunia kedokteran dikenal istilah retinopati diabetika, di mana pembuluh darah retina yang rusak akibat diabetes bisa mengalami kebocoran yang menyebabkan pembengkakan retina. Pada keadaan lebih lanjut bisa terjadi perdarahan dan pertumbuhan jaringan ikat di dalam bola mata. Jika dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan. Sebagai langkah pencegahan, The American Optometric Association merekomendasikan orang dewasa untuk mengecek kondisi kesehatan mata setidaknya setiap dua tahun sekali. Ini penting dilakukan sekalipun tidak ada keluhan penglihatan apa pun.

Sementara bayi dan anak-anak harus dicek kesehatan matanya pada usia 6 bulan, 3 tahun, sebelum masuk SD, dan selanjutnya setiap dua tahun sekali. Survei yang dilakukan The American Optometric Association mengungkap bahwa 8 dari 10 anak tidak pernah mendapatkan pemeriksaan mata hingga menginjak usia setahun. "Orang tua mungkin melihatnya baik-baik saja, anaknya tidak mengeluh apa pun, jadi tidak masalah. Padahal, perlu diingat bahwa anak usia setahun belum memiliki acuan atau perbandingan objek apa saja yang seharusnya dapat mereka lihat. Jadi, kalaupun ada sesuatu yang salah, mereka tidak akan mengatakannya karena tidak tahu," papar Beebe.

Bagi Anda yang mulai menginjak usia 40, panduan terbaru dari the American Academy of Ophthalmology juga menyarankan kunjungan ke dokter spesialis mata (ahli opthalmology) setidaknya sekali. Menurut Iwach, hasil konsultasi dan tes mata ini dapat mengungkapkan kemungkinan adanya faktor risiko gangguan penglihatan, terutama yang rentan dialami pada usia senja seperti halnya katarak. (muslimdaily.net/dkr/dccr)

Tidak ada komentar: